Sunday, May 24, 2015

Cara Rumah Sakit Siloam Tangani Pasien BPJS

BY HUM IN No comments

Ibunda dikelilingi anak cucu (Doc: HUM)

Betapa senangnya ketika diberi kabar kalau ponakan pada mau datang saat liburanlong week end kemarin. Yang lebih spesial adalah Ibunda tercinta mau ikut juga. Mengingat kondisi usia Ibu yang sudah cukup berumur, saya mengkonfirmasi dulu kondisi kesehatan beliau ke Kakak di kampung halaman. Dapat jawaban bahwa kondisi Ibu cukup fit dan terlihat antusias jadi cukup lega dan gembira mendengarnya. Akhirnya hari Rabu sore rombongan 2 mobil meluncur dari Magelang menuju Cikarang. Tidak lupa persediaan obat-obatan disiapkan untuk Ibu.

Ceria bersama (Doc: HUM)

Kamis menjelang pagi rombongan keluarga sampai. Senang rasanya hati ini berjumpa dengan keluarga terutama melihat Ibu yang terlihat segar meskipun rambut putih  tidak bisa menyembunyikan usianya. Setelah cukup istirahat, kita jalan ke tempat pemancingan sekalian makan siang dan sekaligus bermain buat anak-anak. Sore menjelang tanpa terasa karena asyik menikmati suasana dan bergembira bermain bersama anak-anak. Kita pulang masih penuh keceriaan sambil diskusi agenda besok mau main lagi kemana.

Yuhuu… (Doc: HUM)

Suasana gembira seketika sirna ketika sampai di rumah selepas sholat maghrib, Ibu yang keluar dari kamar mandi terlihat berjalan sempoyongan. Akhirnya dipapah masuk ke kamar dan ‘tertidur’ pulas sampai ngorok. Yup..’tertidur’ yang tidak biasa. Cukup panik tapi tetap berusaha tenang akhirnya kita putuskan dibawa ke RS. Pilihan saya jatuh ke RS. Siloam. Meskipun ada RS yang lebih dekat tapi pengalaman yang cukup baik sebelumnya membuat saya memutuskan arah setir mobil kesana.

Di perjalanan sempat terlontar ucapan Kakak bahwa kartu Askes dan KTP Ibu tertinggal di Magelang. Ya sudah, nanti diurus belakangan yang penting pertolongan pertama segera dilakukan.

Cukup sigap Dokter dan Perawat menyambut kedatangan kami. Tindakan pertolongan langsung dilakukan. Paralel dengan tindakan yang dilakukan, kami urus administrasi. Kami sampaikan bahwa Ibu ada Askes tapi tertinggal di Magelang. Jawaban dari mBak admin mengatakan, “wah, tidak bisa kalau tidak ada kartunya”.
Akhirnya karena kondisi darurat kami putuskan daftar sebagai pasien umum.

Setelah mendapatkan pertolongan dari Dokter, alhamdulillah tidak berapa lama Ibu akhirnya sadar. Dokter menyampaikan kondisi Ibu dari hasil lab bahwa mengalami drop gula darah dan Hb yang rendah sehingga mengakibatkan hilang kesadaran. Sang Dokter muda itu kemudian konsultasi dengan Dokter Spesialis penyakit dalam yang akhirnya diputuskan malam itu Ibu perlu dirawat dengan intensif di Health Care Unit (HCU). Bagian administrasi kemudian menjelaskan lagi estimasi biaya perawatan per hari yang cukup besar dan perlu membayar deposit saat itu juga.

Mengingat belum tahu perkembangan kondisi Ibu akan berapa lama dirawat di HCU, saya kemudian kontak orang rumah untuk mengirimkan kartu Askes dan KTP yang tertinggal di rumah. Kakak di rumah mengirimkan scan dokumen via email dan berencana mengirimkan fisik lewat titipan kilat.

Pagi harinya saya coba ke Front Office (FO) untuk diskusi mengenai penggunaan kartu Askes, karena saya dan keluarga kecil ada asuransi kesehatan dari kantor sehingga belum pernah pengalaman dengan BPJS. Sedikit terkejut ketika saya melihat sebuah X-Banner yang berisi tentang penjelasan penggunaan kartu BPJS. Di situ ditulis bahwa pengurusan bisa dilakukan dalam waktu 3×24 jam setelah pasien di rawat. Loh..kok tadi malam admin IGD langsung bilang tidak bisa..?! Penjelasan bagian FO membuat semakin blunder ketika mengatakan bahwa pasien yang terdaftar sebagai pasien umum tidak bisa dirubah ke BPJS dengan tambahan pernyataan, “kan Bapak sudah menandatangani persetujuan administrasi sebagai pasien umum.”

Saya coba jelaskan bahwa jika bagian admin IGD semalam menjelaskan bahwa bisa diurus 3×24 jam tentu lain ceritanya. Lagi pula di IGD tidak ada X-Bannerseperti yang terpasang di FO sehingga kita ikuti keterangan sang admin IGD, apalagi dalam kondisi darurat yang butuh keputusan segera. Seolah-olah ‘menjebak’ pasien kalau ceritanya seperti itu.

X-Banner BPJS (Doc: HUM)

Terus bagaimana solusi untuk bisa memanfaatkan kartu BPJS?
FO menyampaikan bahwa pihak RS tidak bisa serta merta menerima pasien BPJS, harus dilakukan cek oleh dokter dulu apakah memenuhi kriteria untuk dirawat. Dengan agak sedikit emosional saya bilang, “kalau kenyataan saat ini Ibu saya dirawat di ICU, apakah perlu dipertanyakan lagi ke dokter memenuhi kriteria perlu dirawat atau tidak?”
Sang FO sedikit kebingungan menjawab dan masih tetap berkata bahwa tidak bisa dirubah ke BPJS karena sudah terlanjur terdaftar sebagai pasien umum.

Karena diskusi tidak menemukan titik temu, saya tanyakan jadi bagaimana caranya agar bisa menjadi pasien BPJS? Penjelasan FO berikutnya membuat kening mengkerut, pasien harus check out pulang dulu dan nanti sore datang lagi untuk daftar dan harus ada rujukan faskes yang di kampung. Dalam hati bilang, “ini FO bikin dongkol juga, orang dirawat di ICU suruh pulang kampung nyari rujukan trus balik lagi” *geleng-geleng. Solusi lain adalah pindah ke RS lain untuk daftar sebagai pasien BPJS. Solusi terakhir ini seperti memberi kesan kalau RS. Siloam mau lepas tanggung jawab.

Akhirnya saya dan Kakak coba naik banding dengan sedikit kritik, RS sebesar ini dan track record selama ini yang cukup bagus kenapa membingungkan dalam memperikan pelayanan ke pasien. Kita paksa ketemu dengan atasannya yang lebih berwenang dalam mengambil keputusan dengan menjelaskan argumen-argumen tadi. Akhirnya sang FO berjanji akan diskusi di internal mereka dan memberi kabar secepatnya.

Sore hari hand phone berdering dan suara di seberang sana memberi tahu bahwa saya bisa ke bagian FO untuk diskusi BPJS. Singkat cerita pihak RS memberikan solusi bahwa pasien bisa menggunakan BPJS dengan cara menyelesaikan administrasi sebagai pasien umum dan daftar lagi dengan BPJS. Tapi waktu cut offharus beda hari, jadi dilakukan penyelesaian administrasi pasien umum di jam 11 malam, kemudian daftar dengan BPJS setelah jam 12 malam, sehingga pasien tidak perlu keluar dari RS. Menimbang-nimbang bahwa ini solusi yang terbaik, akhirnya malam-malam urusan administrasi kami selesaikan.

Alhamdulillah dengan perawatan yang profesional dan bagus dari Dokter dan Perawat di RS. Siloam, Ibunda saat ini sudah pulang dari RS. Kisah ini bukan bertujuan mencemarkan nama baik RS. Siloam malah justru sebaliknya saya sangat mengapresiasi kebijakan dan keputusan serta tindakan yang dilakukan pihak RS. Terima kasih Siloam.

Kisah ini untuk menjadi catatan saya dan pengalaman buat pembaca. Beberapa point yang bisa kita ambil sebagai catatan. Yang pertama catatan buat perbaikan sistem informasi RS ke pasien. Kasus kami terjadi karena ada salah komunikasi saat awal masuk IGD. Jika informasi cukup jelas tentu tidak terjadi salah paham dengan pasien maupun keluarga pasien. Butuh penjelasan yang mudah dipahami terlebih kondisi panik yang dialami pasien maupun keluarga sehingga seringkali bingung dalam mengambil keputusan cepat.

Yang kedua adalah catatan buat pasien maupun keluarga. Kita harus paham prosedur administrasi BPJS sehingga bisa mempersiapkan segala sesuatu. Kriteria pasien BPJS memang harus dilakukan cek dan validasi oleh Dokter dan ini dilakukan bertingkat sehingga mekanisme surat rujukan adalah untuk tujuan penanganan yang lebih tepat dan akurat.

Yang tidak kalah penting adalah sikap pro aktif kita terutama sebagai keluarga pasien untuk diskusi dengan pihak yang kompeten di RS ketika ada sesuatu yang menjadi kendala. Argumen yang kuat dan diskusi yang mengarah ke solusi merupakan cara untuk bisa menyelesaikan masalah bersama.

Jadi, jika kita paham prosedur yang ada dan mempersiapkan dengan baik maka yakinlah bahwa akan diberikan kemudahan dalam setiap prosesnya. Selalu siap dan berpikir tenang meski dalam kondisi darurat akan memudahkan segala urusan kita. Semoga kita semua diberi kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya. Meski ada BPJS…kesehatan tetap tidak ternilai harganya :)

Salam,
HUM