Wednesday, March 9, 2016

Goweser Ganteng karena Turunan Ternyata Hoax - (Bukan) Liputan Trek Cianten

BY HUM IN , , , No comments

Gowes Cianten
Gowes yuukk...!!
Ajakan penuh semangat dari teman-teman MCC (Menara Cycling Community) terasa menggetarkan dada ini, gemeteran maksudnya membayangkan trek yang mau disusuri, Cianten. Trek yang 3 tahun lalu pernah dijamahi sama teman-teman CBC (Cikarang Baru Cycling) dan saya terpaksa absen karena gemeteran tadi.

Mengingat sudah satu tahun gantung -jemuran- sepeda, sebagai pemanasan coba pulang kerja cepet dan nyempetin ndorong sepeda keliling rumah 69 kali sambil pasang lilin di rumah dijagain bini #ngepet. Ujungnya pitstop di tahu campur Cak Tohir juga, tambah kuat perutnya deh #mblending.

Run down acara disusun rapi sama Tante S,  satu-satunya goweser cantik di MCC, lainnya batangan berkarat #hihi. Dengan melibatkan teman-teman CMTB (Cikarang MTB) sebagai Marshall & Road Captain bakalan seru ni ceritanya. Tinggal 69 jam sebelum waktu gobar,  tiba-tiba Tante S mengundurkan diri. Ada apa ini? Apa yang sebenarnya telat terjadi? Ternyata memang terjadi telat, Tante S divonis telat akibat perbuatan nikmat sang suami. Absen deh setahun ke depan. But the show must gogon.. Trek Cianten bakalan tambah sadis nih tanpa sentuhan lembut Tante2 (baca emak2).

Demi memompa - ban- semangat teman-teman semua, pagi-pagi Tante S sudah standby saat loading sepeda, plus bawa sarapan pagi tentunya #rotikoperasi. Photo-photo ceria penuh semangat mengawali pagi itu, masih pada ganteng.

Start loading..masih ganteng
Akhirnya rombongan goweser LGBT (baca warna-warni) gabungan MCC, CBC & CMTB bergerak menyusuri jalan tol menuju Bogor. Jalanan cukup lengang di week end pagi. Keluar tol Sentul Selatan lanjut masuk Outer Ring Rout Bogor. Setelah keluar tol lanjut arah Parung menuju kampus IPB Dramaga jalanan mulai tersendat akibat gaya sopir angkot Bogor yang yuno lah. Dengan penuh perjuangan akhirnya kapal sandar di Warung Mang Ujang saat jarum jam sudah menunjukkan angka 10 lewat 69 menit. Sebuah perjalanan yang cukup membuat pantat pegel, padahal belum gowes. Suasana kebun teh yang segar di depan warung Mang Ujang langsung mengobati pegelnya pantat, bak tetesan obat mata yang segar mengalir turun ke pantat #ehh.
PTP Nusantara VIII
Lokasi trek Cianten ini diawali dari Warung Mang Ujang dan finish di PLTA kracak. Melewati kombinasi trek Mc Adam (baca: makadam),  single trek yang licin,  basyah,  becek, berlumut,  beton kasar campuran koral batu kali  bata merah pasir putih dan adukan semen cap kaki tiga. Untuk menuju lokasi sepertinya nggak perlu dijelaskan ya? Hare gene siapa sih yang masih nyasar nggak kenal GPS? Saya aja tinggal duduk manis di samping pak sopir yang mengendali kuda supaya baik jalannya...tuk tik tak tik tuk... Untungnya saya nggak duduk di muka pak sopir..dan untungnya sopirnya bukan Bang Ipul..bisa hap kan gawat #ehh

Sesuai judul di atas,  karena (bukan) review trek Cianten jadi tulisan ini tidak akan bercerita panjang lebar, kasihan Tante kalok terlalu panjang dan bikin Om kecewa kalok terlalu lebar, jadi cukup sekian tulisan ini. Case closed.

Eittss...sebentar dulu, meski panjang dan lebar, ini baru pemanasan. Mari kita mulai aksi yang sesungguhnya, menu utama gowes kali ini.

Total trek yang ditempuh selama kurang lebih 4 jam 69 menit ini menempuh jarak hanya 26.69 km. Karena touch down di Warung Mang Ujang sudah jam 10 lewat 69 menit maka kita putuskan untuk mengisi perut dulu sampai kenyang, dilanjut sholat berjama'ah dan do'a bersama. Goweser itu meski ganteng tetep religius loh.. #catet

Start naik perlahan menyusuri jalanan aspal rusak dan tanjakan ringan dengan pemandangan kebun teh membuat semangat bergelora. Di luar member CMTB, kami terdiri dari dua kategori goweser. Pertama adalah goweser baru dengan semangat 45 yang minim pengalaman adu dengkul di tanjakan. Kategori kedua adalah golongan senior (baca : pemain lama) dengan semangat 69.. 6 bulan nggak gowes,  9 bulan lahiran...hahahaha..
Start dari Warung Mang Ujang
Euforia yang membuncah di dada membuat lupa diri. Genjot pedal dengan full power. Memasuki tanjakan dengan aspal rusak lebih parah campur Mc Adam membuat saya dan beberapa (rupanya banyak temannya) stamina drop di tanjakan awal. Terpaksa pitstop dengan perut mual dan tiba-tiba langit penuh bintang saat menatap ke atas yang mendung tak bercahaya. Ada yang terpaksa mengeluarkan amunisi yang diisi di Warung Mang Ujang tadi, nembak dengan membabi buta. Sungguh aksi yang sadis dan biadab.
Perut muaal mata kunang2..
Jika melihat total trek, secara elevasi dari Mang Ujang sampai PLTA adalah turun,  tapi dengan kombinasi rolling yang cukup menantang. Tidak kurang dari 69 tanjakan dan 69 turunan harus kami lalui. Berhasilkah seluruh team menyelesaikan misi kali ini? Mari kita simak episode selanjutnya.

Pitstop pertama....lanjoott...!!
Seger dengan hijau teh kanan kiri
Setelah istirahat menghirup segernya oksigen gratis kebun teh, kita lanjutkan perjalanan.  Turunan ringan membuat tenaga tambah 69%. Bertambah 69% tingkat kegantengan kami. Ingat, goweser itu ganteng karena turunan, begitu tanjakan balik jeleknya 69 derajat #catet. Jalan beton kasar dengan kanan kiri kebun teh berganti cepat menjadi jalan Mc Adam. Ganteng karena turunan ternyata harus teruji di trek ini. Turunan berkelok dengan batu-batu tajam siap mengoyak dengkul sekali meleset cengkeraman tangan ini di hand grip. Sebagai penganut madzab ekor keras sungguh tersiksa demgan jalanan ini. Tangan pegal bokong mental menjadi collateral effect. Posisi berdiri ternyata membuat betis nyeri. Akhirnya tinggal pasrah diri mengikuti teori gravitasi meski harus penuh dengan kontroversi hati. Jelas teorema goweser ganteng karena turunan terpatahkan di sini, terbukti hoax. Tanjakan ngehek turunan mewek #klop

Setelah turunan berganti dengan tanjakan yang menanti. Beberapa goweser dengan ikhlas dan penuh pengertian segera turun dan ttb,  kasihan sepedanya kalok dipaksa. Beberapa botol air mineral 0.69 liter tumpah ruah membasahi kerongkongan yang kering. Kaki mulai kram bergantian karena dehidrasi. Marshall siap di belakang memberikan semangat. "Tinggal dikit lagi kok...bentar lagi turunan.." kata-kata yang masuk telinga berulang dari tanjakan pertama. Sebuah pembohongan publik. Berbagai jenis hewan ikut mengiringi kita menikmati setiap tanjakan yang ada. Anjingg...!! Jangkrik...!! Wedhuss...!! tanjakannya nggak habis-habis... #hihi
Tertangkap kamera saat butuh napas buatan #aib
Pemandangan kebun teh di kanan kiri yang hijau sedikit memberikan penyegaran. Rombongan kembali melakukan regrouping setelah tercerai berai sesuai golongannya. Masuk kita ke dalam jalur single track dengan rerumputan tinggi kanan kiri. Satu persatu berjajar rapi mulai menyusuri jalur hijau yang berkelak kelok. RC tiba-tiba berhenti di depan ngasih aba-aba turun dari sepeda. Set saddle turun ke bawah. Wehh..jalan single track landai berganti turunan tajam di depan, lengkap dengan jalan tanah becek sehabis hujan. Siap nge-donat dan jumpalitan mandi -susu- lumpur. Turunan yang biasanya menaikkan derajad kegantengan goweser terpatahkan lagi. Geal geol kanan kiri untuk menjaga keseimbangan ternyata tidak banyak menolong. Aksi akrobat nekat beberapa goweser membuahkan hasil pantat terhempas di jalan tanah berlumpur. Karena sayang sama sepedanya, beberapa goweser nekat juga terpaksa mengangkat sepedanya dan berjalan pelan bak peragawati sedang melenggang di catwalk. Dan ternyata track ini yang menghabiskan banyak waktu terbuang sia-sia. Mentari sudah semakin condong ke barat. Siap-siap kejar lagi sebelum tenggelam di peraduannya.
Track Gojek... Gowes Betjek...
Ndeprok manis..
Akhirnya jalan turunan tanah becek tanpa gojek berakhir di sebuah jembatan dengan sungai yang mengalir deras di bawahnya. Naluri laki-laki langsung menggelegak begitu melihat semburan air yang segar membasahi bebatuan. Crot..gosok..bilas... Dah secepat kilat selesai #hihi. Segarnya air sungai sedikit mengobati kelelahan yang mendera dalam perjalanan sebelumnya. Berbekal ilmu pengetahuan alam jaman sekolah dulu, tentunya sebagai goweser akan sadar bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke rendah. Jadi ketika kita masuk turunan menjumpai sebuah aliran sungai padahal track belum masuk garis finish, artinya di depan akan ada tanjakan yang menanti. Caiyooo...Cemungudh kakak..!!
Ketemu sungai..artinya mo nanjak...
Meski elevasi menanjak, kontur jalanan beton sedikit membantu dengkul dalam mengayuh pedal. Suasana alam pun mulai berubah dan muncul tanda-tanda kehidupan. Rumah-rumah penduduk berjajar di kanan kiri. Suasana sore yang cerah ikut membawa susasana hati menjadi ceria seakan muncul tenaga dan semangat baru.Tanjakan berhasil dilalui dengan sukses tidak terasa menyiksa seperti di track sebelumnya. Hati tambah berwarna ketika jalanan beton masuk fase datar. Genjotan kenceng ke pedal memutar roda semakin liar. Suasana sore semakin meriah dengan munculnya sosok-sosok kecil dengan peci dan mukena berkibar berdiri sepanjang jalan. Anak-anak kecil habis pulang mengaji. Jadi terasa adem hati ini melihatnya. Lambaian tangan menyambut tangan kita untuk toss di sepanjang jalan diwarnai teriakan-teriakan suara kecil mereka membuat kami bak atlit tour de france yang mendekati garis finish. Mau tahu asal-usul goweser saling menyapa dengan panggilan Om dan Tante..? Ternyata itu berasal dari teriakan anak-anak kecil sepanjang jalan tadi... Om..Om...!! Begitu cerianya mereka membuat rasa lelah ini hilang sesaat #senyum

Ndlosor di persimpangan jalan...entah kemana arah tujuan
Track menyusuri jalur pemukiman penduduk membawa kita menuju titik akhir yang fenomenal di track Cianten ini. Bendungan PLTA Kracak kita lewati, bersepeda satu-satu melewati atas pipa saluran air. Sebagai makanan penutup dan pencuci mulut, turunan tajam berundak dengan kanan kiri rumputan yang fenomenal itu sayang untuk terlewatkan. Beberapa goweser pasang aksi down hill, pantat tarik belakang dengan tangan mencengkeram erat hand grip dengan jari-jari waspada di handle rem untuk menjaga kecepatan agar tidak jumpalitan sampai bawah. Kesalahan sedikit bisa berakibat fatal buat amatiran. Mengingat saya masih punya tiga anak yang masih kecil-kecil di rumah dan istri juga baru satu, akhirnya memilih untuk turun dengan ceria tanpa nuansa downhill #ngeles, dan alhamdulillah sukses sampai di bawah dengan selamat tanpa kurang suatu apa. Di area bawah, anak-anak ABeGe yang sedang lucu-lucunya banyak yang sedang nongkrong menghabiskan suasana sore. Gowes kecil sambil lirak lirik anak-anak ABeGe tadi membawa kita menuju titik finish di PLTA Kracak yang tidak jauh lagi.
Lewat talang air
Tangga berundak fenomenal menjelang titik finish
Track Cianten dengan 69 tanjakan dan 69 turunan berhasil kita lahap bersama. Saya pun sukses melewatinya dengan utuh baik orang maupun tunggangan. Meski beberapa goweser sempat berjatuhan jumpalitan di jalan tanah becek, saya berhasil melaluinya tanpa bercak noda sedikitpun yang menempel di tubuh ini. Tapi ternyata euforia dan sedikit takabur membuat sebuah kecerobohan. Tepat 69 meter sebelum titik finish, konsentrasi sedikit terpecah oleh ABeGe unyu-unyu yang nongkrong di rerumputun ngegodain. Seorang goweser di depan salah ambil track, slip antara beton dan rerumputan. Alhasil tersungkur jatuh ke samping. Dan saya yang sedang asyik gowes kenceng sambil melambaikan tangan melempar senyum ke ABeGeh tadi tidak sempat tarik rem atau mengindar, alhasil ngglundung dengan sukses di rerumputan. Tanpa mengurangi rasa hormat dengan sigap saya segera berdiri angkat sepeda sebelum ada kamera yang sempat mengabadikannya #aib
Teriak lepas di garis finish...
Gowes kali ini sungguh merupakan perjalanan yang luar biasa bersama dengan teman-teman yang luar biasa. Kita tunggu track-track yang lainnya untuk dijamah bersama. Dan akhirnya perjalanan ditutup dengan mandi bersama...Crot..gosok..bilas... Cling...gantengnya balik lagi #nyengir
Akhirnya aku ganteng lagi.. :D


Salam,
HUM

Sunday, March 6, 2016

Dokter Siloam Hospital Itu Ternyata Bohong

BY HUM IN , , 5 comments

Sengaja saya menulis terbuka di sini dan dengan jelas menuliskan nama sebuah rumah sakit besar dan terkenal di Cikarang, Siloam Hospitals. Sebenarnya kisah ini sudah cukup lama terpendam, tapi dari pada jadi unek-unek yang menyiksa hati ini, saya putuskan untuk menuliskan secara terbuka di sini. Ini adalah kisah nyata sebagai salah seorang pasien di RS yang cukup besar dan punya reputasi bagus di Cikarang. Biar tidak terjadi salah paham dan berujung hal yang kurang bagus seperti kasus Prita, saya sangat menyarankan untuk membaca keseluruhan tulisan ini, jangan diambil sepotong-sepotong apalagi memunculkan interpretasi sendiri.

Kisah ini berawal dari kecelakaan yang menimpa saya beberapa waktu sebelumnya, kisahnya bisa dibaca di sini “Ternyata Narkoba Lebih Bermanfaat daripada Rokok“. Dan memang unek-unek yang mengganjal hati ini berawal dari kejadian tersebut. Kecelakaan yang saya alami menyebabkan harus menjalani opname beberapa hari di RS ini dan menjalani beberapa kali operasi. 

Dokter yang menangani saya bernama dr. Poetranto Hari Nugroho, Sp.OT, seorang dokter spesialis ortopedi. Saya biasa panggil beliau dokter Hari dan kebetulan beliau adalah ayah dari teman sekolah anak saya yang besar. Sengaja juga saya sebut nama sang dokter biar tulisan ini menjadi transparan karena tulisan berikut menyangkut tindakan dan kinerja pak dokter tersebut.

Di bawah penanganan dokter Hari, diskusi panjang lebar tentang perkembangan kondisi saya menjadi menarik karena pak dokter sangat enak menjelaskan berbagai hal yang menjadi pertanyaan saya. Saya pun sangat percaya dengan kinerja professional dan pengalaman pak dokter sebagai seorang spesialis. Memang efek dari kecelakaan yang menimpa saya kali ini merupakan yang paling parah dibanding beberapa kali insiden yang pernah saya alami yang kalau dilihat dari kejadiannya “seharusnya” berefek lebih parah daripada kecelakaan kali ini.

Satu hal yang saya tuliskan sebagai “kebohongan” dari penjelasan sang dokter adalah sebuah pertanyaan saya pada suatu sesi diskusi mengenai perkembangan tangan kiri yang mengalami disposisi pada tulang pergelangan sehingga harus menjalani beberapa kali terapi. Saya memastikan ke dokter Hari dengan bertanya, “Setelah operasi ini, apakah saya akan bisa memetik gitar dengan bagus dan menyanyikan lagu-lagu favorit saya Pak Dokter?”

Dengan yakin dan mantap pak dokter menjawab dan berkata,“Ya, tentu saja. Kamu akan bisa memetik gitar kesayangan dan menyanyikan lagu-lagu tersebut dengan baik. Tentu saja harus bertahap dan mengikuti treatment untuk therapy lebih lanjut ya?”

Cukup gembira dan lega hati ini mendengar pernyataan dokter Hari yang cukup meyakinkan dan saya juga percaya terhadap kapabilitas pak dokter yang profesional, bukan hanya berbicara dalam konteks memberikan “angin surga” saja kepada pasiennya. Dengan penuh keseriusan, saya dengan tekun menjalani therapy lanjutan pasca operasi. Prosesi fisioterapi yang sungguh menyakitkan saya jalani dengan sepenuh hati, meski diiringi teriakan kesakitan ketika sesitherapy yang dipandu dengan sabar oleh suster. 

Selama sebulan lebih saya  menjalani therapy dengan teratur dan menunjukkan hasil yang positif dan akhirnya tangan kiri ini bisa berfungsi sempurna seperti sedia kala.
Sangat lega rasanya ketika sudah menyelesaikan rentetan aktivitas fisioterapi ini. Dan tiba waktunya saya membuktikan omongan pak dokter bahwa saya akan bisa memetik gitar kesayangan dengan bagus dan menyanyikan lagu-lagu favorit saya. Dengan tidak sabar saya langsung ambil gitar kesayangan yang sudah lama menggantung berdebu tidak tersentuh lagi dan coba menekan grip dan memetik senarnya. Sungguh prosesi awal yang sama sakitnya seperti waktu therapy ketika tangan kiri ini coba menggenggam batang gitar. Tapi setelah beberapa saat, setelah otot mengendur dan bisa menyesuaikan, rasa sakit perlahan mulai berkurang, membuat hati ini cukup lega.

Kemudian saya coba memetik senar memainkan lagu-lagu favorit dengan penuh semangat ditemani istri tercinta di samping menjadi saksi sejarah bahwa saya akan bisa memainkan gitar kesayangan ini dengan bagus dan bersama-sama menyanyikan lagu favorit kami “Best I Ever Had” garapan Vertical Horizon. Dengan penuh semangat saya coba memainkan setiap nada, tapi yang keluar malah jadi suara kaleng rombeng tidak karuan. Berkali-kali dicoba dengan sepenuh hati dan segenap perasaan, tetap saja tidak membuahkan hasil sebuah alunan gitar yang bagus.

“Teganya dokter Hari berbohong”, katasaya dengan lirih. Akhirnya saya hanya bisa pasrah memeluk gitar kesayangan dengan mata yang sedikit basah. Setelah semua prosesi saya jalani sesuai petunjuk pak dokter dengan segala macam bentuk pengorbanan, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Hampir saja saya putus asa dan beniat membanting gitar yang ada di tangan, kalau saja tidak dicegah oleh tangan halus istri tercinta.

Dengan lembut berbisik ke telinga, “Pa, sudahlah…memang dari dulu Papa kan tidak berbakat musik. Malah lagu yang Papa mainkan barusan jauh lebih merdu daripada pas dulu kita nyanyikan saat-saat pacaran“.

“Jadi…yang barusan itu lebih bagus ya..? Jadi…dokter Hari tidak bohong donk..kan emang Papa dari dulu kagak bener kalau mainin gitar…cuman genjrang genjreng ajah.. -_- masak setelah operasi bisa selevel ama Joe Satriani. Kalau bener gitu baru tu pak dokter bohong besar…”

Kalau begitu… Lanjooottt….jreng…jreng….!!! *:nyengir






Salam,
HUM

*catatan kaki :
- cerita ini terinspirasi dari kisah nyata
- nama orang dan tempat adalah nyata
- kisahnya jauh dari kenyataan *:nyengir lagi








Note : kisah ini akhirnya saya temukan kembali setelah hilang dari Kompasiana yang migrasi dan ternyata ketemu di blog ini http://leopurba.blogspot.co.id/2014/06/cerita-di-siloam-hospitals.html. Sayangnya yang punya blog meng-copy dengan editing sana-sini tapi tidak mencantumkan sumber tulisan.