Tuesday, November 22, 2016

Masih Percaya Keajaiban?

BY HUM IN , , , 4 comments

MASIH PERCAYA KEAJAIBAN?



Beberapa waktu yang lalu saat lagi istirahat kurang enak badan, berkali-kali muncul panggilan dari nomer tidak dikenal. Karena lagi pengen istirahat, telpon saya cuekin. Sore lihat henpon ternyata terlihat lebih dari 6 atau bahkan 9 kali panggilan tak terjawab dari nomer tersebut. Rupanya tidak kenal putus asa tu si penelpon gelap. Dan ternyata ada juga SMS dari nomer tidak dikenal juga. Isinya seperti ini, "Selamat siang pak Hardono. Saya XXX dari agency Mata**** Dept. Store. Bapak memenangkan tiket tour ke eropa untuk 2 orang.  Info dapat dilihat di www.mata****.co.id."
Langsung tutup henpon dan lanjut molor lagi..😅 Meski ada nomer asing misscall berkali-kali dan ada SMS tadi, saya tidak berpikir bahwa itu dua hal yang berhubungan, saking seringnya dapat SMS Mama minta pulsa...😅

Besoknya saat meeting kerjaan, nyambi sambil buka-buka henpon. Lebih tepatnya mainan henpon nyambi meeting 😬. Ingat deh SMS yang kemarin. Sedikit mencermati pesan yang muncul dan agak deg juga ngeliat alamat website co.id. SMS penipuan biasa pakai website abal-abal kan? Akhirnya iseng coba masuk ke website tersebut yang memang merupakan website resmi Mata**** Dept. Store dan...jeng jeng....terpampang sebuah sebuah banner di slider halaman depan "PENGUMUMAN PEMENANG" dan...jeng jeng...tertera di sana nama saya tercantum sebagai salah satu dari 3 orang pemenang hadiah utama, Tour de Europe...WoW....!!

Akhirnya coba krosscheck ke beberapa media resmi termasuk account resminya di Facebook, dan konfirm postip bukan mimpi...😅. Masih di tengah meeting tiba-tiba ada panggilan dari nomer yang tidak di kenal kemarin. Saat saya angkat henpon, terdengar suara lega di seberang sana, "wah, Bapak saya hubungi susah banget." Kata lanjutan yang meluncur dr mulutnya setelah kata Hallo. Meski masih dalam suasana surprise bangun dari mimpi, saya tetap bersikap cool dan ngobrol biasa. Minta formal letternya dikirim juga email.

Singkat cerita akhirnya memang terbukti saya memenangkan hadiah pertama tersebut, jalan-jalan buat dua orang. Jadi ini adalah program undian Mata**** Dept. Store dengan Mas*** Card. Memang benar-benar sebuah iseng-iseng berhadiah, belanja 500 rb dapat satu kupon undian.

Ceritanya pas menjelang lebaran kemarin kami belanja tu biar bisa pakai baju baru saat lebaran nanti, sekaligus buat oleh-oleh di rumah. Entah memang lucky atau alam bawah sadar, tidak biasanya struk pembelian saya photo dan sampai sekarang masih tersimpan di henpon 😅. Memang kalau rejeki itu tak kan lari kemana ya.? Rejeki anak sholeh...😇

Lanjut akhirnya kami urus dokumen buat imigrasi. Passport beres lanjut permohonan visa. Meski diurus oleh agensi, sempat ketar-ketir juga saat membaca note bahwa permohonan Visa belum tentu langsung disetujui, tergantung keputusan dari kedutaan. Waduhh... Apalagi setelah coba browsing baca testimoni pembuat Visa Schengen. Ada embel-embel saldo rekening minimal dan bahkan ada yang minta suntikan dana dulu sekian M dari orang tuanya biar lolos jalan Europe. Ya...kalau cuman satu atau dua M mah ada lah saya...seember isi koin semua...😅. Akhirnya tetap nekat print out rekening koran dari tabungan yang segitu-gitunya tu...dan nyatanya permohonan Visa disetujui.. Alhamdulillah...😇

Saat ngobrol dengan sesama pemenang, sekali lagi mulut melongo... WoW...saat tahu bahwa beliaunya masukin ya...seratusan kupon lah...hitung sendiri kalikan maratus rebu berapa kira-kira belanjanya...😅. Dan coba tebak berapa kupon yang saya masukkan ke kotak undian? 69.? Kali ini angka keberuntungan saya ternyata bukan itu 😬. Saya hanya cukup memasukkan 3 lembar kupon undian dan bernasib sama dengan yang seratusan kupon tadi lho...WoW..!! Sungguh sebuah keajaiban, bukan? Alhamdulillah banget ya?😊

Dan hari ini kami berkumpul bersama di Bandara Soetta untuk berangkat Tour de Europe selama 12 hari...gratisss...tisss...dikasih uang saku lagi, meski harus ludes duluan buat belanja perlengkapan musim dingin...😓. Tapi gak papa, kapan lagi bisa berkesempatan mainan salju tanpa perlu naik ke Puncak Jaya Wijaya...😄. Jangan pada nanya oleh-oleh, karena buat makan di sana aja kami musti bawa sempoa buat itung-itungan...😅

Semoga perjalanan kali ini membawa berkah dari sebuah keajaiban karena benar apa kata orang bahwa kita hidup pun adalah sebuah keajaiban.
Europe...ayem kaming....!!


Salam,
HUM


Sunday, November 20, 2016

Anak Titipan

BY HUM IN , , No comments

Hari ini kami sekeluarga menikmati liburan week end dengan makan siang di salah satu tempat pemancingan di Karawang Barat, Mang Ajo. Bukan pertama kali kami  ke tempat ini untuk sekedar leyeh-leyeh menikmati angin sepoy-sepoy sambil melihat anak-anak bermain atau mancing ikan. 
Makan siang di Saung Mang Ajo
Bukan tempatnya yang mau saya review alias endorse biar dapet gratis ikan nila bakar lho ya...? ðŸ˜…, saya cuma teringat entah beberapa tahun yang lalu saat kami ke sini bareng Si Bibi asisten rumah tangga kami dari kampung. Asisten kami itu sudah berumur dan punya tiga orang anak. Anak yang besar perempuan. Dari anak perempuan pertama ini lah Si Bibi akhirnya menemani keluarga kecil kami.

Jadi ceritanya si anak pertama Si Bibi tadi adalah asisten rumah tangga Kakak saya yang di Jakarta. Pas dia pulang kampung, Si Bibi maksa ikut ke Jakarta untuk mbantuin sekaligus buat tambahan uang dapur mereka biar ngebul. Karena Kakak saya sudah cukup yang mbantuin makanya akhirnya si Bibi ikut keluarga kami, jarak juga tidak terlalu jauh jadi masih bisa saling berkunjung nengokin anak perempuannya.

Lalu apa hubungan Si Bibi sama Saung Mang Ajo? 
Memang setiap kali kita jalan bareng anak-anak, Si Bibi sering kami ajak. Nah, pas waktu kami ke Saung Mang Ajo, saat leyeh-leyeh menikmati suasana sehabis menyantap ikan bakar, tiba-tiba Si Bibi terlihat menerawang sambil meneteskan air mata. Istri saya coba bertanya ada apa?
Saya coba terjemahkan kata-kata ke bahasa Indonesia, aslinya Si Bibi bicara bahasa Jawa Kromo Inggil, "Saya ini terharu saking gembiranya, tidak pernah membayangkan bisa merasakan senang seperti ini, makan enak menikmati suasana  ramai. Tapi saya jadi teringat anak yang di rumah, jam segini belum tahu apakah sudah makan atau belum?", jawabnya sambil menyeka air matanya. 

Deg! Mak Jleb rasanya di hati ini. Saya coba membayangkan kalimat yang keluar dari mulut Si Bibi yang lugu itu. Memang karena pas datang ke Jakarta dulu bareng anak perempuannya yang besar, jadi kami sekeluarga tidak langsung melihat rumah atau kondisi keluarga Si Bibi di kampung. Yang kami dapatkan informasi bahwa Si Bibi punya 3 anak, yang nomor dua sudah sekolah SMP trus yang satu masih kecil kira-kira waktu itu usia 2 tahun lebih. Anak kami yang paling kecil baru lahir.

Akhirnya pada saat libur lebaran kami pulang kampung. Sore menjelang malam kami sempatkan langsung ke rumah Si Bibi yang terlihat sudah tidak sabar melihat anaknya. Selepas Isya' sekitar jam 7 malam lewat kami sampai di kampung yang masih sepi. Jalanan masuk gelap gulita. Mobil kami parkir di pinggir jalan raya dan kami jalan kaki menyusuri jalan kampung menuju rumah Si Bibi. Rumah sederhana di ujung kampung di bawah rerimbunan pohon bambu terlihat sepi. Nyala lampu temaram memancar dari sela dinding anyaman bambu rumah itu. 

Dengan tidak sabar Si Bibi langsung masuk rumah, kami ikuti di belakangnya. Langsung menyeruak gorden sebuah ruangan yang ternyata kamar anak kecilnya yang sedang tertidur pulas yang kemudian terbangun dan langsung menangis memeluk Ibundanya. Rasa kangen yang membuncah terlihat dari dua insan ibu anak yang sekian bulan tidak bertemu itu. Rasa haru bahagia bercampur sedih berkecamuk di dada ini ketika menyaksikan sebuah adegan yang bukan sebuah tayangan sinetron yang biasa kita lihat. Nyata dan alami, tanpa pencitraan mewarnai.

Saya jadi ingat pernah baca di timeline seorang teman yang dulunya seorang wanita karier kemudian memilih menjadi seorang ibu rumah tangga penuh untuk anak-anaknya. Sebuah pilihan yang bagus. Saya mencermati beragam komentar pro kontra tentang pilihan seorang wanita berkarier atau menjadi ibu rumah tangga. Saya tidak setuju dengan komentar yang hitam putih alias menjadi ibu rumah tangga full time adalah baik dan menjadi wanita karier adalah buruk atau sebaliknya karena menurut saya semua adalah pilihan. Ada yang mencemooh seorang wanita karier dengan komentar bahwa tega-teganya anak diberikan pada pembantu yang tidak berpendidikan sedangkan ibunya sibuk mengejar materi. Sebuah penghakiman yang sadis. 

Istri saya masuk sebagai kategori wanita karier yang harus membagi waktunya buat pekerjaan dan anak-anak di rumah. Si Bibi bahkan lebih tinggi derajatnya dari hanya seorang wanita karier. Si Bibi rela meninggalkan anaknya yang masih kecil di rumah untuk bekerja mengasuh anak orang lain. Masih tega kah kita menyebut orang seperti Si Bibi tidak punya perasaan meninggalkan anaknya untuk ngurusin anak orang?

Kita tahu apa yang kita lakukan lebih dari yang orang lain ketahui. Menghakimi apa yang dilakukan orang lain dari sudut pandang kita adalah hal yang memalukan diri kita sendiri. Tabayun jadi istilah yang lagi ngehits di era saling mengakimi dan menganggap lebih benar dari yang lain. Semoga kita semua dan keluarga selalu diberikan anugerah dan rahmat dari yang Maha Kuasa.

Hidup adalah pilihan and the choice is yours...!!
Anak-anak kita hanyalah titipan dari Sang Maha Kuasa.

Salam,
HUM