Tuesday, August 27, 2013

Bu Ani, Ternyata Hobby Kita Sama

BY HUM IN No comments

Ketika sedang pilah-pilih dan upload hasil jepretan saat libur lebaran kemarin, iseng-iseng baca tulisan tentang hobby Ibu Negara kita dan akhirnya masuk ke instagrambeliau untuk lihat-lihat hasil jepretannya.

Foto-foto Bu Ani (source: Screen shot Instagram)

Beragam komentar maupun artikel yang menyoroti tentang hobby Ibu Negara kita ini. Berbagai kritik kalau tidak boleh dibilang sebagai pandangan negatif tentang hobby Bu Ani banyak kita jumpai di media, terutama mengenai kepekaan sosial Ibu Negara kita dan penempatan diri saat acara-acara kenegaraan.

Banyak pendapat yang menganggap Bu Ani kurang peka di saat sekelilingnya masih banyak rakyat yang kelaparan, pemulung, petani yang hidup sulit, beliau malah hobby fotografi. Begitu juga saat acara kenegaraan yang serba protokoler, malah sibuk jepret sana-sini.

Kalau pendapat saya pribadi begini, lha wong saya yang bukan siapa-siapa dibanding Ibu Negara saja punya hobby jepret sana-sini kok, kenapa Bu Ani tidak boleh? Soal kamera yang beragam dan high end tentunya wajar sebagai Ibu Negara dibanding kamera abal-abal saya yang belinya juga mesti nabung sambil ngencengin ikat pinggang biar tidak mengurangi jatah buat susu si Kecil. Bahkan sekarang kita dengan sangat mudah mengabadikan setiap momen di sekitar kita dengan kamera hand phone.

Soal protokoler saat acara kenegaraan, tidak bisa dipungkiri juga bahwa memang Bu Ani bisa lebih menyesuaikan lagi. Pilihan penggunaan tripod yang dilakukan saat menghadiri acara kenegaraan sepertinya cukup bijaksana, jadi tidak melulu nentengbody kamera yang cukup berat, jadi cukup leluasa untuk mengabadikan momen-momen saat acara.

Saya jadi ingat juga, dulu Presdir di tempat saya kerja juga punya hobby fotografi. Jaman itu belum banyak muncul hand phone kamera. Satu hal yang saya masih ingat sampai sekarang, beliau saat genba ke lapangan selalu tidak lupa nenteng kamera pocket-nya, jepret sana-sini, ntah saat genba bareng atau jalan sendiri di area pabrik. Setelahnya beliau kirim hasil foto-foto tadi via email dengan note di masing-masing foto, apa itu? Yup, potensi improvement yang masih bisa dilakukan di area tersebut. Jadi tidak perlu banyak berkata-kata, say it with picture :)

Balik lagi ke hobby Bu Ani. Saya dengan pedenya mencantumkan judul di atas, sok akrab dengan Ibu Negara, padahal banyak juga kan yang punya hobby sama.? :) Hobby jeprat-jepret saya lebih cenderung suka objek manusia dan benda, lebih ditujukan untuk mengabadikan momen anak-anak dan keluarga juga kehidupan di sekitar kita. Kami ingin membuat catatan perjalanan anak-anak kami sehingga memori indah selalu menghiasi perjalanan hidup mereka. Untuk mendukung target ini, mau nggak mau terpaksa kami mengalokasikan potong belanja bulanan demi sebuah kamera dan lensa abal-abal low end yang sudah cukup bagus bagi kami. Ditambah pula jadi rajin baca artikel fotografi untuk memahami tentang pencahayaan, pemilihan objek serta waktu yang tepat untuk mendapatkan momen sepesial, kunci yang lain adalah banyak belajar dan mencoba.

Hal ini tentu sedikit beda dengan Bu Ani. Kombinasi body kamera bagus dan lensa yang mumpuni dan orang-orang ahli di sekelilingnya yang siap memberikan pengarahan teknis mengenai fotografi. Jadi jangan iri kalau melihat hasil jepretan Bu Ani yang bagus-bagus. Oo..iya, soal bagus atau tidak hasil jepretan sangat subjektif. Akan beda penilaian orang yang suka foto landscape pemandangan dengan foto model portrait. Demikian juga beda lagi penilaian orang yang suka foto makro.

Hal terakhir yang saya komentari tentang hobby fotografi Bu Ani adalah bahwa hal ini sangat positif. Sebagai Ibu Negara, hasil jepretan Bu Ani yang meskipun kalah bagus dibanding fotografer profesional, tetap akan lebih berarti di mata rakyat.

Kenapa saya bilang begitu? Coba lihat foto-foto Bu Ani saat berkunjung ke daerah atau saat acara kenegaraan. Foto-foto yang sama biasa dan banyak diambil oleh fotografer media, tapi akan sangat lain maknanya di mata rakyat. Jepretan langsung tangan Bu Ani sebagai Ibu Negara menunjukkan perhatian dan kepedulian beliau dan merupakan apresiasi buat objek jepretannya. Coba simak berbagai komentar diinstagram. Komentar bangga ketika melihat pertunjukan tarian daerah mereka diabadikan oleh Ibu Negara. Dengan jelas juga Bu Ani memberikan penjelasan bahwa yang membalas komentar adalah beliau sendiri langsung, bentuk apresiasi dari seorang Ibu Negara.

Bagaimana dengan hobby Anda? Coba ambil sisi positif dari hobby kita. Kalau hobby saya yang lain selain fotografi adalah suka menolong sesama, membantu yang membutuhkan, selalu bersikan santun, baik hati dan tidak sombong, tentunya Bu Ani demikian juga, kan hobby kita sama.. ^_^

Sisipan :
#Beberapa hasil jepretan abal-abal saya ^_^
137760383897652866
Meski merokok..aku tetap gemuk… ^_^ (Doc: HUM)
13776044521712223615
Baa… (Doc: HUM)
1377604527286227685
Pahlawan (?) (Doc: HUM)
1377604598921668623
WoW… (Doc: HUM)
13776046671253375376
Sweet Child O' Mine


Salam,
HUM


Saturday, August 3, 2013

Cerita Mudik: Hujan Es Krim

BY HUM IN No comments


Mudik Ceria (source: blog.kliktoday.com)
Andai saja turun hujan es krim..
Oh betapa senangnyaaa….
Kan kubuka mulutku lebar-lebar..
AAA AAA AAA…
Oh betapa senangnyaaaa…

Dendang riang si Kakak yang ditirukan dengan loncat-loncat oleh si Dedek memenuhi kabin yang panas siang itu. AC yang di-set full tidak mampu meredam peluh yang membanjir membasahi tubuh kecil mereka.

Yup..siang hari yang terik, dari jam 10 pagi sampai 3 sore kita melintas..ehh..merambat pelan menyusuri sepanjang jalan tol Palikanci - Cirebon yang gersang. Sebuah perjalanan ritual tahunan..mudik dan arus balik, dan ini adalah cerita saat ritual mudik - balik yang lalu saat si Kakak masih TK.

Ritual mudik bagi kami sebagai orang kampung yang merantau ke Ibukota merupakan ritual wajib, meski urusan pulang kampung saat libur panjang pun kita tidak lewatkan. Meski setiap tahun menurut catatan departemen perhubungan jumlah pemudik naik, dengan sadar bakalan macet di jalan tetap bukan jadi penghalang untuk urusan satu ini. Bermacet ria di jalan merupakan salah satu nilai seni dari ritual mudik ini.

Seperti kisah yang kami alami saat arus balik di atas. Perjalanan awal dimulai berangkat dari rumah Eyang Putri saat menjelang Subuh. Normal perjalanan biasa ditempuh dalam waktu 12 jam. Awal perjalanan menyusuri jalur selatan naik ke tengah via Brebes kemudian masuk tol Pejagan masih lancar jaya. Sekitar jam 10 pagi sudah berada di jalan tol. Estimasi saat itu jam 3 sore sudah masuk Ibukota. Ternyata perjuangan baru dimulai dari titik itu. Arus keluar tol Cirebon stuck. Perjalanan di dalam ruas jalan tol Pejagan - Palimanan ditempuh selama 5 jam, di tengah terik mentari yang menyengat ubun-ubun.
Berbagai bentuk hiburan coba dilakukan bergantian untuk mengusir kebosanan dan kepanasan sepanjang jalan. Dari mulai berbagai film yang diputar di roof monitor sampai lagu hujan es krim yg membuat duo krucil lupa dengan perjuangan panjang itu.. -:)

Sekitar jam 4 sore setelah berhasil keluar dari jalan tol kita berhenti sejenak untuk beristirahat dan mandi biar badan segar kembali. Kemacetan di depan belum menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan.

Satu jam istirahat kita lanjutkan ikut arus lagi merambat menyusuri jalanan Pantura. Tak terasa gelap malam mulai menyelimuti, padahal Indramayu belum juga terlewati. Anak-anak sudah terlelap dalam mimpi indahnya. Hampir putus asa sekitar jam 10 malam kita coba berhenti di hotel pinggir jalan yang dilalui. Satu hotel..penuh. Hotel kedua..ketiga..penuh juga. Akhirnya melihat sebuah hotel di seberang jalan, mudah-mudahan masih ada kamar kosong. Browsing sebentar cari no telpon dan akhirnya bisa kontak dan dapat kabar masih ada kamar kosong..:)

Lanjut menyusuri jalan mencari u turn yang dibuka buat putar balik. Ternyata hampir satu jam karena jalan bagai keong belum ketemu juga u turn di tengah median jalan *putus asa.
Sekitar jam 23.30 akhirnya dapat u turn, pas di depan sebuah resto “Pring Sewu”. Akhirnya memutuskan istirahat sebentar sambil isi perut. Rencana merebahkan diri untuk memejamkan mata barang satu atau dua jam. Ehh..ternyata anak-anak malah bangun dan kembali bernyanyi dengan ceria. Semangat baru muncul lagi melihat cerianya si duo krucil.

Akhirnya diputuskan lanjut menembus pekat malam sepanjang Pantura. Mulai terlihat jalanan kosong dengan mobil parkir di sepanjang jalan. Oohh ya…baru terpikir, para pemudik pada istirahat karena sudah masuk masa kritis untuk endurance tubuh. Kesempatan…pedal gas diinjak lebih dalam lagi, kegelapan malam ditembus dengan lancar jaya. Finish menjelang Subuh sampai di home sweet home. Total perjalanan yang ditempuh selama 24 jam, tanpa istirahat memejamkan mata, single driver..WoW…!! Langsung tepar sehabis subuh, berangkat ngantor jam 10 siang..fresh lagi..:)

Kapok..?!
Tidak ada dalam catatan kami untuk berhenti mengulangi ritual tahunan ini. Ritual mudik mempunyai makna yang mendalam bagi kami. Silaturahmi mengunjungi sanak keluarga merupakan point utama. Menjalin kedekatan dengan anggota keluarga begitu sangat berarti. Mengingat kami berdua merupakan pasangan orang tua pekerja, waktu berkumpul dengan anak sungguh merupakan momen yang sangat berharga.

Dapat cerita juga dari seorang rekan kerja yang sudah punya anak menginjak remaja. Momen bermacet ria sepanjang perjalanan ternyata mempunyai makna yang sungguh luar biasa. Bapak..Ibu..Anak yang jarang berdiskusi di rumah karena kesibukan masing-masing ternyata memanfaatkan momen dalam kemacetan itu untuk saling berbicara, dari hati ke hati, menambah kedekatan hubungan di antara mereka. Sungguh sebuah cara memanfaatkan waktu dengan sangat positif dan berguna.

Jadi..jangan hanya melihat ritual mudik dari sisi penderitaan selama bermacet ria di perjalanan. Banyak sekali makna yang bisa kita gali di dalamnya. Banyaknya aktivitas mudik gratis yang diselenggarakan baik oleh swasta maupun pemerintah diharapkan bisa mengurangi tingkat kepadatan dan angka kecelakaan lalulintas.

Yang pasti..safety first, utamakan keselamatan. Semoga mudik tahun ini lebih lancar dan lebih bermakna ya..? Jangan lupa oleh-oleh..^_^

Salam,
HUM