Monday, October 21, 2013

Warga Menolak Keberadaan RS. Hosana Medica di Cikarang Baru

BY HUM IN No comments


Warga menolak (pic: HUM)

Sebuah sepanduk terpasang di boulevard jalan utama perumahan Kota Jababeka, Cikarang Baru. Sepanduk tersebut berisikan penolakan warga atas keberadaan sebuah Rumah Sakit, RS. Hosana Medica di pemukiman warga. Sepanduk tersebut terpasang sejak hari Minggu malam (20 Oktober 2013) dan terpasang lebih dari satu di beberapa titik sekitar lokasi.

Sedikit aneh ketika melihat sepanduk tersebut karena mestinya pada umumnya kita akan senang jika di dekat tempat tinggal kita tersedia berbagai fasilitas umum untuk mendukung setiap aktivitas warganya misalnya sekolahan, tempat belanja dan juga tentunya sebuah rumah sakit. Jadi tentunya bukan tanpa alasan mengapa warga membuat sepanduk yang berisikan penolakan keberadaan rumah sakit tersebut.

Lokasi ini kebetulan berada dekat dengan tempat tinggal saya, masih dalam satu kompleks perumahan Kota Jababeka. Berbagai issue yang melatarbelakangi munculnya penolakan ini muncul, meski sejauh ini saya belum dapat info valid dari sumber pertama mengenai latar belakang penolakan warga di lingkungan tersebut.
Kalau melihat dari keberadaan atau berdirinya sebuah rumah sakit, seharusnya di awal sebelum pendirian sudah mengantongi ijin dari yang terkait. Dinas kesehatan merupakan lembaga yang akan mengkaji rencana pendirian sebuah rumah sakit maupun fasilitas kesehatan yang lainnya dan seharusnya juga dengan mempertimbangkan berbagai persyaratan khusus tentun saja. Berkaitan dengan pendirian sebuah bangunan pemerintah daerah melalui dinas tata kota juga berkepentingan dalam perijinan pendirian rumah sakit ini. Karena berada di dalam kawasan perumahan, pengembang perumahan Kota Jababeka seharusnya juga mengetahui dan terkait dengan perijinan pembangunannya.

Bagaimana dengan warga di lingkungan sekitar? Perlukah pengelola rumah sakit meminta ijin mulai dari susunan struktur terbawah mulai dari RT/RW?
Jika dilihat dari sepanduk, penolakan dilakukan oleh Warga RW 11, Mekar Indah. Jadi bisa diambil asumsi awal bahwa pendirian rumah sakit ini belum melewati ijin di tingkat bawah yaitu RT/RW, meski belum tahu juga apakah ijin dari instansi di atas (Dinkes, Pemda, Pengembang Perumahan) sudah dikantongi oleh pihak rumah sakit atau belum.

Warga menolak (pic: HUM)

Pendirian sebuah rumah sakit di tengah pemukiman warga memang sedikit berbeda dengan pendirian sebuah sekolahan misalnya, meskipun sama-sama berguna sebagai fasilitas pendukung buat warga. Karena berhubungan dengan kesehatan dan lingkungan, faktor penting yang harus diperhatikan yaitu mengenai limbah buangan dari rumah sakit. Sebagai fasilitas untuk berobat, rumah sakit  dikunjungi oleh banyak orang dengan berbagai penyakit. Kuman penyakit maupun sisa limbah buangan obat perlu penanganan khusus tentunya. Air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Bisa jadi lokasi yang terlalu dekat dengan pemukiman warga memberikan rasa khawatir dari warga terkait hal ini.

Menurut pedoman standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan umum yang dikeluarkan oleh kementrian Permukinan dan Prasarana Wilayah, sarana pelayanan kesehatan dalam hal ini sebuah rumah sakit mempunyai standar pelayanan dalam cakupan 1 rumah sakit per 240.000 jiwa dan dengan standar kualitas Lokasi di pusat lingkungan/ kecamatan bersih, mudah dicapai, tenang, jauh dari sumber penyakit, sumber bau/ sampah, dan pencemaran lainnya. Jadi mestinya setiap pendirian rumah sakit harus mempersiapkan fasilitas sarana pengolahan limbah untuk memenuhi persyaratan tersebut sehingga memberikan jaminan kesehatan, keamanan dan kenyamanan terhadap warga di sekitarnya.

Sejalan dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat, lokasi rumah sakit yang dulunya jauh dari daerah pemukiman penduduk sekarang telah berubah dan berada di tengah pemukiman penduduk yang cukup padat, sehingga masalah pencemaran akibat limbah rumah sakit baik limbah padat atau limbah cair sering menjadi pencetus konflik antara pihak rumah sakit dengan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dengan pertimbangan alasan tersebut, maka rumah sakit yang dibangun setelah tahun 1980 an telah diwajibkan menyediakan sarana limbah padat maupun limbah cair. Namun dengan semakin mahalnya harga tanah, serta besarnya tuntutan masyarakat akan kebutuhan peningkatan sarana penunjang pelayanan kesehatan yang baik, dan di lain pihak peraturan pemerintah tentang pelestarian lingkungan juga semakin ketat, maka pihak rumah sakit umumnya menempatkan sarana pengolah limbah pada skala prioritas yang rendah. Akibatnya, sering terjadi benturan perbedaan kepentingan antar pihak rumah sakit dengan masyarakat atau pemerintah. Dengan adanya kebijakan legal yang mengharuskan pihak rumah sakit agar menyediakan fasilitas pengolahan limbah yang dihasilkan, mengakibatkan biaya investasi maupun biaya operasional menjadi lebih besar.

RS. Hosana Medica ini sepengetahuan saya ada beberapa lokasi di seputaran daerah Cikarang. Pada awalnya berupa klinik untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dari warga yang sebagian besar merupakan karyawan dari perusahaan di daerah Cikarang. Seiring dengan perkembangan dunia industri dan perumahan warga yang semakin banyak, saat ini berkembang menjadi rumah sakit yang berdiri di beberapa tempat. Mudah-mudahan konflik antara warga dengan pihak pengelola RS. Hosana Medica bisa segera diselesaikan tanpa merugikan kedua belah pihak.

Update konfirmasi dari ketua RW 11, Mekar Indah, Cikarang Baru (27/10/2013):

Assalamualaikum
Mungkin diantara warga cikarang baru sudah mengetahui kalau Warga RW11 menolak berdirinya RS Hosana.

Alasan kami menolak RS tersebut adalah karena RS tersaebut didirikan dilingkungan warga berdempetan dengan warga dan menghadap ke rumah warga.
Disamping itu RS dibangun diatas tanah yang sempit terbukti ketika peresmian kemarin mereka menggunakan area jalan gang. Layaknya pemilik rumah yg memiliki hajat sehingga jmengadakannya di jalan.
Kenapa warga menolak? Karena Rumah sakit adalah tempat berobatnya orang sakit dg berbagai macam penyakit, sehingga mereka merasa kawatir virus, kuman, da nlimbahnya. Sementara urgensi dari keberadaan RS ini tidak mendesak karena dilingkungan Cikarang baru itu paling tidak ada 5 RS besar dan bvanyak klinik kecil.
Kami sudah menolak sejak ijin lingkungan dibuat. Sebagian warga tidak mau tandatangan bahkan RWnya sendiri juga tidak mau tanda tangan. Kami juga sudah mengirim surat penolakan kepada instansi terkait, namun penbangunan terus berjalan hingga kini beroperasi.
Karna itu kami mohon dukungan kepada warga Cikarang baru untuk turut bergabung menolak RS tersebut.

Salam
Muallif wijono
Ketua RW 11


Salam,
HUM

Saturday, October 19, 2013

Menonton Film Porno Bisa Membuat Anda Stress

BY HUM IN , , No comments


Nonton Film (pic: detik.com)


Kenal dengan sosok Miyabi? Kenal mungkin tidak karena belum pernah bertemu langsung dan berkenalan saling tukar nomor hand phone, tapi tentunya sudah cukup tahu luar dalam kan dengan sosok artis yang cukup terkenal itu? Yup, bagi orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan bisa dipastikan pernah menonton film atau tayangan porno. Kalau ternyata Anda belum pernah menontonnya, maka segerakanlah untuk menonton sebelum masa-masa Anda menginjak usia yang sudah tidak pantas pakai untuk urusan satu itu.

Saya tidak akan membahas mengenai bagaimana isi dari tayangan film porno ini karena sulit sekali untuk mendeskripsikan urusan yang satu itu (baca: lebih mudah mempraktekkannya langsung). Bagi sebagian orang dewasa, menonton film porno dilakukan dengan tujuan menambah gairah hubungan dengan pasangannya.

Menikmati tayangan film porno digunakan sebagai media untuk pemanasan awal atau foreplay sebelum masuk ke pertandingan babak yang selanjutnya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa tayangan atau pun gambar porno bisa membangkitkan libido orang yang menontonnya terutama laki-laki karena memang sangat mudah mendapatkan stimulus secara visual, bahkan hanya dengan sekedar membayangkan saja akan bangun dengan sendirinya. Tapi tahukah Anda bahwa menonton film porno ini ternyata juga bisa memberikan dampak negatif yang bisa membuat orang yang menontonnya menjadi cenderung stress? Coba kita simak satu-satu analisa sebab akibatnya.

Kita coba analisa terkait sisi psikologis penontonnya. Film porno yang ditonton bersama dengan pasangan bisa menimbulkan efek stress dan rendah diri, frustasi dan depresi bagi penontonnya, terutama kaum wanita. Pemain film porno biasanya menempatkan aktris porno yang cukup seksi dan menarik tentunya. Hal ini bisa mengakibatkan wanita yang menontonnya merasa rendah diri dan bahkan depresi ketika membandingkan dengan sang aktris yang biasanya langsing, mulus dan perabotan yang serba big size. Bisa jadi dia akan merasa menjadi orang jelek di mata pasangannya.

Untuk kaum laki-laki mungkin bisa sedikit lega ketika membandingkan dengan sang aktor karena biasanya tampang bukan jadi perhatian utama, fokus kamera lebih banyak ke sang aktris. Tapi bisa saja menimbulkan rasa rendah ketika membandingkan dengan mr. Happy sang aktor yang lebih gagah perkasa dibandingkan miliknya.

Pada akhirnya seringkali memicu keinginan untuk memiliki perabotan seperti para aktor dan aktris porno yang ditontonnya. Berbagai usaha yang sebenarnya tidak perlu dilakukan kalau hanya untuk memuaskan pasangan karena sebenarnya itu hanyalah masalah persepsi secara psikologis saja. Diet mati-matian untuk bisa dapat tubuh yang langsing bagi kaum wanita atau pun datang ke Mak Erot untuk berbagai terapi bisa saja dilakukan. Ketika hasilnya tidak sesuai harapan, tambah stress jadinya.

Pandangan keliru yang lain yaitu mengenai durasi proses hubungan suami istri. Dalam keping DVD film porno bisa berdurasi dalam satuan jam, minimal satu sesi 30 menit. Seringkali muncul anggapan dan keinginan para penontonnya terutama kaum lelaki untuk bisa bertahan lama seperti film yang ditonton. Berbagai usaha dilakukan dengan konsumsi obat kuat, dari mulai pil biru, merah, hijau sampai warna-warni pelangi dicoba. Padahal yang namanya film pasti dilakukan proses editing dengan beberapa scene bahkan bisa jadi take ulang untuk mendapatkan hasil film yang bagus. Bisa tambah stress kalau coba bertahan berjam-jam seperti adegan dalam film. Lebih baik main film sendiri kalau begitu.

Hal lain yang seringkali juga mengilhami pasangan yang menonton fim porno yaitu coba mempraktekkan adegan dari sang artis. Film porno banyak sekali mengemas berbagai adegan yang tidak lazim dan terlihat cukup sensasional. Seperti misalnya adegan di bath up. Adegan yang terasa memberikan sensasi tersebut akan jauh efeknya ketika kita coba praktekkan sendiri. Potensi badan sakit memar-memar terbentur bath up, posisi yang sulit dan bisa berakibat salah urat malah akan membuat pasangan tambah stress. Bukan kenikmatan seperti bayangan dalam film yang di dapat tapi malah hal yang sebaliknya #panggil tukang urut.

Buat para pecinta film, menonton film porno juga bisa mengakibatkan stress karena ceritanya yang sangat mudah ditebak. Sangat jauh dari scenario cerita film-film peraih oscar yang penuh dengan twist cerita sana-sini. Adegan inti ‘keluar masuk’ yang diakhiri dengan semprotan pemadam kebakaran merupakan isi dari scenario film porno yang sangat mudah ditebak. Akan tambah stress setelah nonton film porno jika kita berharap akan menyaksikan rangkaian cerita penuh intrik dan ending yang di luar perkiraan kita.

Ada satu fenomena menarik terkait prosesi menonton film porno ini. Dari 100% durasi film, penonton akan fokus pada durasi 10% pertama dan terakhir film. Selebihnya akan banyak di-skip karena terasa monoton dengan adegan ‘keluar masuk’ dan mungkin sedang sibuk praktek dengan pasangan masing-masing ^_^

Salam,
HUM

Friday, October 18, 2013

Mengelola Istri Simpanan Sebagai Investasi Masa Depan

BY HUM IN , , No comments


Mandi uang (pic: lindataway.wordpress.com)


Kasus pembunuhan Holly mungkin tidak akan begitu hebohnya jika tidak melibatkan orang penting di dalamnya, karena memang sebenarnya sudah cukup sering kita jumpai kasus serupa yang berkaitan dengan wanita simpanan ini. Harta, Tahta dan Wanita memang seringkali membuat orang lupa diri dan bisa terjerumus ke dalam masalah yang serius jika tidak pandai mengelolanya. Saya tidak akan membahas kasus Holly dengan berbagai intrik di dalamnya yang sudah cukup banyak dibahas di berbagai media. Yang akan coba saya angkat adalah mengenai fenomena istri simpanan, tentunya lebih menarik bukan? Siapkan kopi dan mari kita simak bersama.

Bagi Anda yang punya istri simpanan atau berniat punya istri simpanan, coba untuk simak cara yang aman dan nyaman untuk mengelolanya berikut ini.
Kita coba ambil dari sisi strategi bisnis. Sesuai pepatah sambil menyelam minum susu, jadi kita bisa berdayakan istri simpanan untuk strategi bisnis disamping kita nikmati susunya.. ehh..maksudnya kita bisa ambil sisi positif dari istri simpanan tersebut.

Strategi bisnis bisa kita terapkan untuk istri simpanan ini benar-benar sebagai simpanan dalam arti sebenarnya yaitu sebagai investasi. Investasi yang bisa kita dapatkan dengan mengelola istri simpanan ini ternyata memberikan peluang bisnis yang cukup menggiurkan kalau kita cermati. Seperti contoh kasus Holly misalnya yang disinyalir dihabisi karena terlalu menuntut. Minta apartemen, mobil mewah dan berbagai tuntutan lainnya. Kalau Gatot cukup pintar, tuntutan sang istri simpanan itu bisa disikapi dengan positif dan diambil manfaatnya.

Masalah tempat tinggal bagi istri simpanan bisa dijadikan sebagai media investasi yang sebenarnya. Belikanlah istri simpanan rumah atau apartemen, bukan dengan sewa atau mengontrak. Dengan membeli property bisa dipastikan sebagai investasi yang cukup menjanjikan. Kita bisa lihat bagaimana tingginya nilai property dari tahun ke tahun. Kalau kita hanya beli rumah atau apartemen tanpa ditempati, niscaya akan cepat rusak dan butuh biaya perawatan khusus. Dengan adanya istri simpanan yang menempati rumah atau apartemen tersebut, kita tidak perlu ekstra cost untuk perawatannya. Di samping itu dengan memberdayakan istri simpanan sekaligus untuk merawat rumah atau apartemen tersebut kita bisa menghemat cost untuk pembantu rumah tangga atau penjaga rumah. Benar-benar double bonus buat investasi kita.

Bagi Anda yang sering dituntut pekerjaan yang dinamis sehingga harus sering bepergian ke luar kota, kebutuhan akan istri simpanan menjadi hal yang perlu diperhatikan karena jauh dari istri di rumah. Mempunyai istri simpanan di kota-kota yang sering kita singgahi bisa membuahkan triple bonus jika dikelola dengan bijak. Setiap kali bepergian ke luar kota tentunya kita butuh tempat untuk menginap. Nah, coba berikan arahan istri simpanan kita untuk bisnis di bidang perhotelan. Jadi kita bisa menginap di hotel milik sendiri, benar-benar feel like home banget, bukan?

Bonus pertama yang bisa kita dapat dari sini adalah kita bisa menikmati suasana mesra dengan istri simpanan kita tentunya.

Bonus yang kedua tentunya dengan bisnis perhotelan ini bisa memberikan penghasilan tambahan buat kita. Disamping itu biasanya setiap perjalanan dinas tentunya dapat biaya dari kantor, jadi bisa masuk kantong sendiri sekaligus tidak menyalahi prosedur.

Bonus yang ketiga, lebih aman buat kita ketika meninggalkan istri simpanan untuk berkunjung ke simpanan yang lain atau istri di rumah. Kenapa aman? Ya, dengan kesibukan bisnis tentunya waktu sang istri simpanan tersebut akan cukup banyak tersita untuk mengelola bisnisnya. Jadi akan sedikit kesempatan untuk merasa kesepian dan coba-coba cari berondong saat kita tidak berada di sampingnya.

Jadi ternyata ada sisi positif yang bisa kita gali dari seorang istri simpanan, bukan? Semakin banyak kita punya istri simpanan, akan semakin besar juga peluang nilai investasi yang bisa kita tanamkan. Jika kita pintar megelolanya, niscaya menjadi ladang investasi baru buat masa depan sekaligus bisa kita nikmati saat ini sebelum masuk masa kadaluarsa (baca: menopause). *nyengir

Salam,
HUM

Wednesday, October 16, 2013

Inilah Alasan SBY Tidak Mengenal Bunda Putri

BY HUM IN No comments


Boleh kenalan? (pic: politik.vivanews.com)

Sosok Bunda Putri tiba-tiba menjadi selebrity ketika namanya disebut-sebut dekat dengan lingkaran kekuasaan. SBY pun langsung meradang dan membantah keras kesaksian LHI tentang kedekatan Bunda Putri dengannya . Kenal pun tidak, begitu kira-kira bantahan SBY soal Bunda Putri.

Aksi amnesia dari para tokoh politik di tanah air ini memang sudah tidak asing terdengar di telinga kita atau kita baca di media ketika suatu kasus mencuat dan memunculkan rantai penghubung dalam lingkaran konspirasi orang-orang tersebut. Sumpah di bawah kitab suci ternyata tidak mampu mencerahkan ingatan mereka saat masa-masa ceria penuh canda tawa dengan orang-orang yang “pernah” mereka kenal itu. Percakapan lewat telpon belum juga mudah mengembalikan ingatan mereka. Jepretan kamera yang sempat merekam momen-momen kebersamaan mereka sedikit membuka memory indah di antara mereka.

Sebagai seorang kepala negara, SBY tentunya dianugrahi ingatan yang lebih tajam dari orang awam. Asupan gizi yang cukup dan pola makan yang pasti sangat diperhatikan oleh para ajudannya tentunya akan menjamin otak dan pemikiran yang brilian. Belum lagi asisten dan staff ahli yang mengelilinginya yang akan dengan sigap mencatat dan mengabadikan setiap aktivitasnya dan tentunya catatan akan momen penting serta juga orang-orang yang dekat dengan SBY akan terukir rapi di sana. Jadi mustahil kalau SBY amnesia terhadap nama Bunda Putri. Untuk berpura-pura tidak kenal pun saya pikir juga bukan sifat dari seorang kepala negara yang mempunyai jiwa ksatria seorang pemimpin.

Akan sangat memalukan juga apabila SBY mengikuti jejak para politisi yang tiba-tiba amnesia ketika kasus mencuat melibatkan dirinya. Harusnya para politisi yang bermasalah itu yang harus mengikuti gaya kepemimpinan SBY, wong sudah terbukti mampu menjadi orang nomer satu di negeri ini. Jadi apa alasan yang cukup masuk akal kenapa SBY membantah kenal dengan Bunda Putri?

Saya coba analisa dari latar belakang Pak SBY. Sebagai seorang negarawan, pemimpin bangsa yang tentunya sangat sibuk dengan berbagai urusan kenegaraan, SBY masih bisa meluangkan waktunya untuk menikmati hobinya. Kita tahu bahwa salah satu hobi SBY adalah di bidang musik. Suka menyanyi dan bahkan menciptakan lagu sendiri. Salah satu sisi yang balance terhadap kesibukannya untuk mengurusi rakyat. Sosok SBY yang suka musik tidak kalah dengan musisi tanah air kita. Anugrah sebagai seorang selebrity layak kita semangatkan untuk SBY. Dan tentunya hal ini bisa jadi merupakan salah satu alasan kenapa SBY tidak mengenal Bunda Putri. Sebagai seorang selebrity tentunya banyak sekali fans di sekitarnya, sehingga akan sulit sekali mengingat satu persatu orang-orang di sekitarnya. Bahkan jika nanti muncul foto bersama antara SBY dan Bunda Putri, tentunya hal itu tidak bisa serta merta dijadikan argumen bahwa mereka saling mengenal. Bunda Putri bisa saja kenal SBY, tapi SBY belum tentu, lha wong selebrity..

Analisa kedua coba saya lihat dari sisi kematangan usia. Sosok Bunda Putri muncul dalam percakapan telpon antara Lutfi Hasan dan Ridwan Hakim, putra dari tokoh senior partai, Hilmi Aminudin. Jika kita lihat dari usia, sepak terjang Ridwan Hakim cukup besar bisa jadi berkat nama besar ayahnya. Sebagai anak muda tentunya menjaga kesopanan dengan orang yang lebih tua. Jadi sudah sewajarnya dia memanggil dengan sebutan Bunda karena mungkin menganggap sang Bunda Putri seusia dengan ibundanya. Akan menjadi sangat wajar jika SBY tidak kenal dengan sosok Bunda Putri karena Hilmi Aminudin sang ayah pun bisa jadi kenalnya dengan nama Neng Putri. Jadi bisa jadi juga dan boleh donk kalau SBY kenalnya bukan dengan Bunda Putri tapi dengan Non Putri? *senyum
*music*
Saya si Putri
Si putri sinden panggung
Datang kemari menurut panggilan Anda

Panggung ke panggung
Saya sering bergoyang
Suka dan duka terkadang saya rasakan

Salam,
HUM

Tuesday, October 15, 2013

Sekeping Hati dalam Sekantung Daging Kurban

BY HUM IN , No comments

Kurban (pic: magetanindah.com)





“Ma, si Adli barusan narik-narik kambing gedhe banget lho Ma, lebih gedhe dari kambing yang kita beli kemarin…”, suara gadis kecil membuyarkan sosok yang sedang bersantai menikmati sore yang cerah itu.

“Apa..?!!”
“Pa..Papa..!! Lihat tu tetangga sebelah, kambingnya lebih gedhe dari punya kita..!”, suara nyaring berteriak menyahut.

“Papanya juga bawa sapi yang gemuk tu, Ma..”, si gadis kecil menambahkan sebuah informasi yang cetar membahana di telinga Mamanya.

“Papa..!! Ayo cepat kita ke tukang jualan hewan kurban yang kemarin. Bawa pulang kambing dan sapi yang paling besar. Pokoknya satu kompleks ini tidak boleh ada yang lebih besar dari hewan kurban kita..!”, tampang polos dengan wajah lucu si gadis kecil menatap heran Mamanya yang tiba-tiba seperti orang kesurupan.

***

“Mak, kita masih mau muter kemana lagi?”, seorang gadis kecil berjalan terseok mengikuti langkah cepat emaknya.

“Sudah, ayo cepetan jalannya. Di rumah Haji Sanusi lagi dibagiin kupon buat pembagian hewan kurban besok. Nanti kita ke tempat Haji Aceng dan Haji Fikri juga..”, sang emak langsung nyerocos sambil menyeret tangan sang gadi kecil.

“Lho, bukannya kita sudah dapat tiga kupon tu Mak? Buat Emak satu, Adik satu dan Putri satu. Bisa jadi malah berlebih nanti tidak habis kita makan lho, Mak..”, Putri menimpali sambil berlari kecil mengikuti tarikan sang Emak.

“Halah, kamu anak kecil tahu apa? Orang-orang yang kaya saja pada dapat dianterin daging kurban. Kita ini orang miskin, setahun sekali juga belum tentu makan daging. Lagian orang-orang kaya yang pada berkurban itu akan lebih senang kalau melihat orang kayak kita ini antri berjubel berebut daging kurban. Semakin banyak orang yang antri berebut, artinya semakin hebat mereka, tambah kesohor dilihat orang”, emaknya terus nyerocos menceramahi si gadis kecil yang sesekali mengangguk-anggguk sambil tertawa riang, tetap tidak paham dengan maksud emaknya.

***

“Ayo cepetan..!! Dah keburu mulai  nanti Sholat Ied-nya..”, pagi-pagi yang cerah diwarnai dengan omelan khas emak-emak.

Di kejauhan terlihat barisan rapi jamaah berpakaian putih bersih berjajar di tanah lapang. Suara khotbah terdengar sayup-sayup membelah pagi yang senyap.

“Nah, bener kan..sudah mulai khotbah tuh, dah ketinggalan Sholat Ied kita ni. Papa sih kelamaan mandiin si Kecil..”,  suara menggerutu terdengar dari mulut emak-emak dengan muka yang manyun.

“Sudahlah Ma, tenang..kita nggak usah ikut sholat Ied nggak papa, yang penting nanti kita datang pas acara nyembelih hewannya tu. Ntar kan pasti disebut satu-satu siapa yang berkurban. Kita tunjukin ke orang-orang siapa yang paling besar hewan kurbannya..”, sang Papa menimpali dengan kata-kata bijaksananya.

Sayup-sayup terdengar suara takbir menyeru Sang Maha Besar..

Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar…..

Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar…
Allaahu akbar walillaahil - hamdu…





Salam,
HUM





*terinspirasi ketika berjibaku mengejar telat Sholat Ied pagi ini

Monday, October 7, 2013

Mengapa Anak Suka Jajan?

BY HUM IN No comments


Jajanan Sekolah (pic: tribunnews.com)


Pernah mendengar tentang analisa “5 WHY”?

Ya, membahas tentang jajan pada anak-anak saya jadi teringat dengan sebuah metode untuk analisa menemukan akar masalah (root cause) dari sebuah kejadian atau kondisi. Kondisi di sini adalah mengenai fenomena anak-anak yang suka jajan. Analisa “5 WHY” mungkin tidak perlu kita bahas secara bertingkat dan detail jauh ke dalamnya. Yang menjadi point-nya adalah kita coba cari tahu “Why”, mengapa anak suka jajan? Dengan mencoba mencari tahu penyebabnya, tentunya kita bisa menciptakan solusi yang tepat untuk menanganinya. Coba kita lihat dari beberapa parameter dan sudut pandang.

Yang pertama kita coba analisa dari sisi psikologis, “Why” mengapa anak suka jajan?

Kita semua pasti pernah mengalami masa kanak-kanak, bukan? Nah, coba kita ingat lagi masa-masa penuh canda tawa ceria itu. Kita coba gali dari sudut pandang “mereka”, bukan dari sisi “kita”. Seringkali kita begitu khawatirnya terhadap anak-anak kita, terutama masalah pola makan terkait jajanan di sekolah. Dan seringkali juga kita bingung untuk mencari solusi mengenai hal ini. Melarang anak untuk tidak jajan di sekolah sama artinya melarang anak untuk menikmati kesenangannya. Secara pskologis, semakin keras kita melarang anak-anak, semakin besar juga keinginan anak untuk jajan secara sembunyi-sembunyi. Jadi alangkah baiknya kita sebagai orang tua menghindari kata “JANGAN” atau “TIDAK BOLEH”. Coba kita ganti dengan kata-kata positif untuk menunjukkan sesuatu yang lebih baik.

Misalnya, “Lebih enak masakan Mama di rumah lho..”, “Nanti Mama buatkan makanan kesukaan Adek buat bekal ya..?”

Secara psikologis anak-anak dan orang dewasa juga pasti suka dengan berbagai variasi makanan, bukan sesuatu yang monoton. Jadi coba buatkan atau berikan bekal yang beragam buat si Kecil. Bekal makanan dengan menu yang bervariasi akan membuat anak tidak bosan dan tentunya akan memicu kreatifitas dari orang tua untuk berkreasi. Coba fokus pada visual dibandingkan cita rasa. Penyajian bekal makanan yang menarik akan membuat si Kecil tertarik dan bisa jadi menarik perhatian teman-temannya juga sehingga bisa jadi media untuk mengajarkan si Kecil untuk berbagi.

Faktor kedua kita bisa gali dari sudut pandang eksternal, yaitu lingkungan sang anak.

Lingkungan bisa berupa teman sekolahnya atau pun lingkungan di sekolah. coba kita lakukan observasi kecil terhadap teman-temannya, apakah mereka membawa bekal makanan dari rumah atau diberi uang saku untuk jajan oleh orang tuanya? Jika banyak teman si Kecil yang membawa bekal dari rumah, tentunya akan memicu anak kita untuk ikut ke dalam komunitas tersebut. Tentu saja hal sebaliknya akan terjadi jika teman-teman sekolahnya lebih banyak yang diberi bekal uang saku untuk jajan. Salah satu cara untuk pendekatan menghadapi kondisi ini adalah dengan coba interaksi dengan orang tua dari teman-teman si Kecil. Bisa dengan janjian untuk membawa bekal untuk si Kecil di hari-hari tertentu. Atau kalau masing-masing terbentur dengan kesibukan, bisa coba kolektif pesan menu katering yang terpercaya.

Faktor lingkungan yang lain adalah kondisi dan kebijakan sekolah. Adanya penjual jajanan di sekolah tentunya akan menarik perhatian anak-anak. Sesuai hukum ekonomi tentunya ada supply and demand, simbiosis mutualisme terbentuk antara penjual dan anak-anak sekolah. Melarang anak-anak untuk jajan di kantin sekolah adalah solusi yang akan menyulitkan buat kita sebagai orang tua untuk mengontrolnya, demikian juga bagi si anak karena merasa dibatasi karena kantin sekolah bisa dimanfaatkan sebagai media sosialisasi antar teman dalam suasana santai saat istirahat. Pihak sekolah akan lebih baik jika mengelola para penjual secara terorganisir sehingga bisa melakukan kontrol dari sisi konten makanan yang dijual juga dari sisi kebersihan penyajiannya. Kesepakatan dan aturan yang ditetapkan antara pihak sekolah dengan para penjual jajanan akan memberikan jaminan kesehatan, keamanan dan juga kesehatan buat konsumsi jajan anak di sekolah.

Faktor berikutnya yang perlu kita perhatikan adalah gaya hidup atau kebiasaan.
Konsistensi kita dalam mendidik dan mengajarkan sesuatu kepada anak akan menciptakan sebuah kebiasaan yang bisa kita sebut sebagai habit atau gaya hidup. Kebiasaan kita untuk membawakan bekal buat si Kecil meski seringkali tidak habis akan membuat anak kita merasa punya “kewajiban” untuk minimal mencicipi makanan bekalnya. Jika secara konsisten dan coba berbagai variasi makanan, lama-lama si Kecil akan “tertarik” dengan bekal bawaannya. Biasakan juga untuk membawakan bekal sedikit lebih sehingga bisa berbagi dengan temannya.

Parameter lainnya adalah kita harus tahu bahwa si Kecil adalah peniru ulung.
Anak-anak merupakan cermin atau photo copy dari perilaku orang tua atau orang di sekitarnya. Mengapa anak kita suka jajan? Bisa jadi karena orang tuanya punya kebiasaan setiap hari nongkrong di depan rumah menanti tukang somay lewat *senyum. Orang tua yang gemar memasak atau membiasakan makan bersama di rumah akan menciptakan rasa kebersamaan untuk menikmati masakan rumah dibandingkan jajanan di luar.

Kita coba lihat dari sudut objeknya, yaitu makanan atau jajanannya.
Cita rasa tentunya sangat mempengaruhi selera makan kita. Sekarang ini mudah sekali kita dapatkan bumbu instan untuk cita rasa makanan. Kita perlu hati-hati dengan ketergantungan lidah terhadap cita rasa. Jika lidah si Kecil biasa merasakan bumbu instan, dia akan sulit untuk merasakan enaknya masakan rumah dengan bumbu alami, apalagi sang Mama sebagai chef masih amatiran sehingga rasa yang muncul menjadi amburadul. Solusinya bisa coba berbagai menu masakan dari resep-resep yang direkomendasikan oleh ahli masak profesional.

Faktor yang tidak kalah penting adalah proses penyajian.
Seringkali anak-anak dengan sabar dan penuh rasa tertarik menunggu matangnya kue serabi yang sedang dimasak oleh penjual jajanan. Prosesi pembuatan kue tersebut menjadi sebuah daya tarik bagi imajinasi si Kecil. Coba sesekali ikut sertakan anak kita saat prosesi pembuatan bekal buatnya di sekolah. Membawa bekal hasil karya “sendiri” bisa jadi merupakan kebanggaan buat anak-anak yang bisa diceritakan ke teman-temannya.

Tentunya masih banyak lagi faktor yang bisa kita gali untuk mencari tahu “WHY”yang lain, mengapa anak suka jajan? Setelah kita mendapatkan penyebab atau pemicu mengapa anak-anak suka jajan, tentunya akan lebih mudah bagi kita untuk membuat corrective action berikutnya sebagai alternatif solusi. Satu hal yang perlu diingat, mengarahkan anak bukan dengan melarang untuk jajan karena jangankan anak-anak, orang tua pun suka JAJAN, asal tidak sembarangan.*senyum

Salam,
HUM

Wednesday, October 2, 2013

Merindukan Semangat G30-S PKI dan Kesaktian Pancasila

BY HUM IN No comments


Rindu Menjadi Anak Indonesia (source: pariamantoday.com
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rindu mempunyai arti sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu. Definisi lain yang menggambarkan perasaan, rindu adalah ketika kamu menginginkan kehadiran seseorang atau sesuatu yang sudah lama tidak kamu temui atau lakukan. Rindu kampung halaman, sanak saudara atau orang-orang yang kita cintai merupakan hal yang sering sekali kita alami, manusiawi.

Di penghujung bulan September dan memasuki awal bulan Oktober, sebuah rasa kerinduan menyeruak di dalam dada ini. Rindu akan gaung peristiwa G30-S PKI yang kemudian menjadi bukti akan kesaktian Pancasila. Sejarah mencatat peristiwa besar yang terjadi sekian puluh tahun yang lalu sebagai catatan kelam dalam sejarah bangsa ini, sekaligus sebuah catatan “prestasi” atas kesaktian Pancasila.

Kerinduan macam apa yang munculnya saat ini? Ya, sebuah kerinduan akan semangat nasionalisme, semangat perjuangan, semangat cinta tanah air dan sekumpulan semangat kecintaan kita terhadap ibu pertiwi. Masih teringat ketika masa kecil, setiap tahun kita disuguhi dan bahkan “dipaksa” menyimak film G30-S PKI. Film G30S/PKI ini digarap tahun 1984 dan kemudian wajib ditayangkan di TVRI dan seluruh televisi swasta setiap malam tanggal 30 September. Dalam perkembangan selanjutnya, memasuki era reformasi film ini tidak ditayangkan lagi per 1 Oktober 1998. Berbagai pro kontra mewarnai film yang dianggap penuh kontroversi ini.

Masih teringat dalam catatan di kepala kekejaman dari PKI yang telah menyiksa para Jenderal dan kemudian berakhir di sumur Lubang Buaya. Masih jelas terlihat gambaran para Gerwani menyanyikan lagu “Genjer-genjer” dengan riangnya. Masih jelas terngiang kata-kata “Darah itu merah, Jenderal..”, ketika penyiksaan demi penyiksaan dialami oleh para Jenderal.

Kerinduan ini sama sekali  bukan kerinduan terhadap kebengisan, kekejaman, kesadisan orang-orang yang digambarkan sebagai pemberontak, PKI, dalam film tersebut. Tapi, kerinduan akan munculnya semangat nasionalisme yang menggelora di dada ini. Cerita yang benar-benar digambarkan sebagai hitam-putih begitu melekat di hati ini. 7 orang Pahlawan Revolusi yang menjadi korban mampu membangkitkan semangat revolusi dibandingkan tewasnya ribuan nyawa setelah peristiwa G30-S PKI. Korban rakyat yang berjatuhan setelahnya digambarkan sebagai efek dari pembuktian akan Kesaktian Pancasila.

Saya sama sekali tidak mempersoalkan atau memperdebatkan sejarah G30S-PKI maupun lanjutan efek pembantaian berdarah berikutnya. Sejarah dibukukan tentu saja dari sudut pandang “pencatat” sejarah. Pemberontak bisa jadi merupakan Pahlawan di mata kelompoknya, begitu pun sebaliknya. Yang menjadi ganjalan kerinduan saya saat ini adalah kerinduan saat-saat gaung akan rasa yang menggelora untuk bela bangsa. Di masa-masa itu kita disuguhi doktrin dalam rangkaian cerita tentang dua warna hitam-putih, pemberontak-pahlawan. Terhadap siapa? tentu saja keutuhan bangsa ini.

Masih terbayang betapa gagahnya para pejuang kita ketika bertempur melawan musuh dalam serangan fajar di 1 Maret. Atau teriakan membahana Bung Tomo untuk membangkitkan semangat arek Suroboyo. Masih ingatkah sosok Temon, anak kecil yang begitu merindukan ayahnya yang tengah berjuang? Sosok imajiner yang mampu membangkitkan imajinasi anak Indonesia di masa kecil dahulu.

Apa yang bisa kita lihat atau ceritakan kepada anak kita sekarang? Setiap hari disuguhi berita politik, bukan berbicara tentang bangsa, tapi dengan jelas, terang benderang bahkan menyilaukan ketika teriak atas nama kelompok, golongan, partai, bahkan citra personal. Cukup sulit kita untuk membedakan mana hitam mana putih, semua serba abu-abu, bahkan monyet pun bingung ketika warna kulitnya dipakai oleh berbagai elit politik yang menyuarakan aspirasi rakyat, semua serba abu-abu.
Saya rindu akan sebuah cerita, tontonan, acara, tayangan program televisi yang memberikan batasan hitam-putih untuk membangkitkan semangat kebersamaan, bukan sebuah perdebatan saling benar, perpecahan dan kebimbangan terhadap arah para pemimpin negeri ini. Kalau seorang komentator “jebret” mampu untuk membangkitkan rasa nasionalisme, bangga terhadap bangsa, artinya cukup mudah untuk sekedar membangkitkan jiwa nasionalisme dari anak-anak bangsa ini.

Saya rindu akan sebuah cerita tentang semangat kebangsaan meskipun itu hanyalah sebuah cerita dramatisasi dari sejarah, daripada setiap hari disuguhi oleh kenyataan dari orang-orang yang pintar bersandiwara untuk kepentingan golongannya semata.

Salam,
HUM