Wednesday, December 24, 2014

Kejutan Kebaikan

BY HUM IN No comments


Berbagi Kebahagiaan (Doc: HUM)


Jum’at sore saat pulang dari tempat kerja, saya sempatkan belok sejenak ke tukang koran majalah langganan di pinggir jalan buat cari bacaan sebagai teman week end. Saya sebut langganan karena memang hampir setiap minggu saya mampir di situ untuk cari majalah. Biasanya Jum’at sore sepulang kerja atau Sabtu pagi saat pulang dari gowes lokal. Pernah terpikir untuk langganan langsung ke redaksi koran dan majalah yang bisa saya baca, tapi ada pertimbangan lain yang mendasari untuk tidak berlangganan, meskipun dengan berlangganan langsung harga lebih murah.

Yang pertama dengan berlangganan artinya kita terikat untuk ‘harus’ membaca setiap kiriman datang dan itu merubah sebuah hobby menjadi ‘beban’ :D.

Pertimbangan kedua adalah sebagai media berbagai rejeki ke si penjual. Satu lagi pertimbangan mampir ke situ adalah karena di dekat lapak si Ibu tukang koran ada tukang mie ayam favorit tempat nongkrong kuliner sore habis gowes, jadi ada alasan sekalian beli majalah sekalian menikmati semangkok mie yang maknyuss..:)

Nah, seperti Jum’at sore kemarin setelah pilah-pilih majalah dilanjut menikmati semangkok mie ayam. Belum habis menyantap mie, datang lima orang cewek pesen mie ayam juga di situ dan kebetulan karena meja kursi lapak terbatas akhirnya duduk berdekatan. Dari obrolan mereka bisa disimpulkan bahwa cewek-cewek ini adalah karyawati pabrik boneka di deket situ. Memang di daerah sini banyak bertebaran kawasan industri dengan produksi yang beraneka ragam. Tanpa terasa sampailah saya pada suapan sumpit terakhir mie ayam. Ditutup dengan sedotan terakhir teh botol akhirnya saya bangkit dari kursi dan jalan ke sang penjual.

Saya keluarkan dompet dan sedikit bisik-bisik minta ke Ibu penjual mie ayam untuk bayar sekalian cewek-cewek yang duduk di dekat saya tadi. Si Ibu sempat terdiam sejenak dan memandang suaminya yang sedang asyik mencuci mangkok di sebelah seolah minta pendapat. Mungkin dia berpikir aneh ini orang, kenal juga kagak pakai acara bayarin :D

Akhirnya dengan sedikit memaksa bergerak cepat nyodorin uang trus ngeloyor pergi meninggalkan si Ibu yang masih sedikit bengong. Orang yang aneh..mungkin itu yang ada di benak sang Ibu penjual mie ayam *nyengir. Saya tidak tahu bagaimana reaksi dari 5 orang cewek tadi setelah selesai makan karena langsung tancap gas pulang ke rumah.

Saya masih ingat jaman kecil dulu seringkali ikut ketika Ibu belanja di pasar. Ada satu tempat yang selalu didatangi oleh Ibu saya ketika sudah selesai dengan semua barang belanjaan yang dibutuhkan. Tempat itu adalah lapak kecil dari seorang nenek penjual yang sudah berusia cukup tua yang sudah kurang pendengarannya serta agak pikun. Barang dagangannya tidak seperti pedagang yang lain tapi berupa gula jawa yang dibungkus kecil-kecil dan bawang merah yang juga dibungkus kecil-kecil. Ibu saya selalu datang kesitu untuk membelinya. Prosesi tawar menawar layaknya ibu-ibu dan penjual tetap berlangsung alot dengan seuara cukup keras mengingat sang nenek yang kurang pendengarannya. Saya pasti ketawa-ketawa setiap kali momen itu berulang. Di akhir sesi deal tawar-menawar, beberapa bungkus plastik gula jawa dan bawang merah berpindah ke kantong belanja Ibu saya dan yang selalu saya ingat sampai sekarang adalah Ibu saya selalu membayar sesuai harga awal atau digenapkan dan bilang bahwa kembaliannya buat nenek saja. Jadi buat apa tawar-menawar ala ibu-ibu tadi ya..? :)

Hal yang sama sekarang seringkali saya dan istri lakukan ketika beli sesuatu dari pedagang kecil. Prosesi tawar menawar tetap dilakukan tapi bayarnya kita lebihkan. Atau ketika naik taksi atau naek ojek, biar tidak ribet dengan urusan kembalian seringkali kita bulatkan buat tambahan sang Sopir. Mungkin nilainya tidak seberapa tapi kita bisa ikut bahagia ketika melihat reaksi kegembiraan dari mereka saat mengucapkan terima kasih.

Bagi Anda yang sering bepergian lewat jalan tol, boleh dicoba juga salah satu aktivitas yang sering saya lakukan, yaitu membayari juga mobil yang ada di belakang kita. Pernah salah satu ‘korban’ bayar tol yang saya lakukan sampai begitu napsu mengejar mobil saya dan setelah berada sejajar melongok keluar untuk memastikan siapa gerangan yang bayarin dia..ternyata orang yang tidak dia kenal juga *nyengir.

Kadang hal-hal kecil seperti di atas saya lakukan dengan iseng dan terjadi on the spot. Beragam efek yang muncul dari sang ‘korban’, dari yang hanya bengong, heran sampai berterima kasih yang terlihat tulus penuh kebahagiaan. Coba share yuk…kejutan kecil kebaikan apa yang pernah Anda lakukan..? :)

Salam,
HUM

Sunday, November 30, 2014

Menggapai Dunia dalam Genggaman

BY HUM IN No comments

Ayah…Bunda… Oom…Tante….
Mari kita berbagi di sini untuk mewujudkan impian si kecil buah hati kita..
Warnai dunianya dengan coretan-coretan kecil yang penuh makna..
Penuhi harinya dengan canda & gelak tawa serta cerita menggapai bintang di atas sana..
Bersama Dunia Aretha….
Let’s Bring a Big World Wide to a Little Angel….


Happy Family (Doc: HUM)


Rangkaian kata di atas adalah ucapan pembuka sebuah website yang saya buat beberapa waktu yang lalu. Ya..itu adalah salah satu impian yang saya coba wujudkan satu persatu dan sedikit demi sedikit. Mimpi yang muncul terbangun dari perjalanan masa kecil saya yang begitu senang dengan dunia baca membaca. Semenjak kecil tidak pernah terlewatkan bacaan yang menemani setiap harinya, bahkan saat SD saya dipercaya memegang kunci ruang perpustakaan sekolah karena kadang di hari Minggu masih menyempatkan untuk ke ruang perpustakaan sekolah ketika kehabisan bahan bacaan. Kenangan dan kebiasaan masa kecil itu masih terbawa sampai saat ini dan ikut menular ke anak-anak. Si Kecil ternyata punya kegemaran yang mengikuti ayahnya. Setumpuk buku cerita memenuhi sudut ruangan dan setiap hari si Kecil rajin membawa map tempat pinjaman buku dari perpustakaan sekolahnya.

Salah satu mimpi yang ingin saya wujudkan adalah mempunyai sebuah taman bacaan untuk tempat singgah anak-anak. Bisa berbagi ilmu dan cerita dari buku untuk mewujudkan impian besar mereka. Dalam perkembangannya, dunia semakin terbuka lebar dan menjadi sangat dekat di genggaman ketika internet tumbuh dengan cukup pesatnya. Kurang lebih 3 tahun yang lalu sebuah ide yang bukan hal baru terbersit di benak saya. Satu step untuk mewujudkan satu persatu impian kecil di kepala. Waktu itu, dengan koneksi internet dari provider Indosat dengan produk IM2 Broom, langkah awal membangun sebuah website dimulai.

Sebuah folderdengan nama ‘Home Project’ masih ada di hard disk eksternal yang telah berpindah sekian kali karena pergantian notebook. Koneksi internet berbasis teknologi HSDPA waktu itu cukup membantu kelancaran proyek pembuatan website tersebut. Sebuahdomain dengan alamat www.duniaaretha.com terbentuk dengan mengambil nama putri pertama saya Aretha. Website utama dibangun dengan mesin berbasis flashdengan pertimbangan tampilan yang cukup menarik dengan berbagai animasi yang interaktif, meskipun terasa agak berat untuk koneksi internet di tanah air saat itu.

Pengembangan berikutnya memunculkan beberapa sub domain turunan dariwebsite utama. Dengan mengadopsi konsep blog yang berbasis html sehingga cukup ringan untuk proses loading content di dalamnya. Tercatat ada beberapa sub domain yang terbentuk, yaitu artikel.duniaaretha.com yang berisi tentang artikel seputar dunia anak. Blog lainnya ada tentang informasi terkait event seputar dunia anak, lomba-lomba, kegiatan anak sampai dengan informasi agenda talk show, seminar atau diskusi dengan para ahli seputar dunia anak yang bisa diikuti oleh sang anak maupun ayah bundanya. Informasi ini bisa dijumpai diinfoanak.duniaaretha.comSub Domain yang lain ada dongeng.duniaaretha.comyang berisi kumpulan dongeng anak baik berupa cerita rakyat, dongeng popular maupun dongeng kiriman dari pembaca blog. Ada juga doa.duniaaretha.com yang berisi kumpulan doa dengan ilustrasi gambar yang menarik buat anak-anak dan dalam tiga bahasa, Indonesia, Arab dan Inggris.
Interaksi dengan para orang tua yang peduli dengan dunia anak ini saya coba wujudkan lagi menjadi lebih interaktif dengan membuat fan page di sebuah social media dengan nama Dunia Aretha - Jendela Informasi Buah Hati Kita. Dengan keterlibatan istri yang punya latar belakang psikologi dan tentunya senang dengan dunia anak, tips-tips singkat seputar perkembangan anak-anak menjadi topik yang hangat diperbincangkan di sini. Meski bukan ahli dalam urusan pendidikan anak, berbekal berbagai sumber yang menjadi rujukan menjadi sebuah diskusi yang seru dan ajang tanya jawab bagi para member. Sebuah event saat bulan puasa pernah diselenggarakan. Kami terapkan konsep independen tanpa melibatkan sponsorshipuntuk hadiah para pemenang. Lomba terdiri dari dua kategori, yaitu lomba penulisan cerita dan foto tentang momen puasa bersama si kecil. Tulisan serta foto dari para Ayah Bunda dan Si Kecil kita posting di fan page dan blog untuk menjadi inspirasi para ayah dan bunda yang lainnya. Sebagai hadiah dari para pemenang kami kirimkan paket buku bacaan dari koleksi anak-anak kami. Mungkin tidak seberapa nilainya secara materi, tapi kami yakin isinya tidak ternilai harganya buat perkembangan Si Kecil di masa depannya.

Kesibukan sebagai kepala keluarga yang bekerja membuat waktu tersedia untuk pengembangan website sedikit terkendala. Tercatat beberapa sub domain yang masih under construction. Kisah inspiratif dari para tokoh dunia merupakan salah satu draft isi dari tokoh.duniaaretha.com. Kumpulan lagu anak juga menanti untuk dipublish dalam laguanak.duniaaretha.com. Bahkan sebuah domainwww.konsultasianak.com yang dipersiapkan sebagai sebuah portal interaktif untuk saling berbagi ilmu dan pengetahuan serta pengalaman dari Ayah Bunda tentang dunia anak masih berupa domain name tanpa content.

Perkembangan dunia maya dengan menjamurnya social media membuat pengguna semakin bertambah dengan pesat yang berakibat akses menjadi berat. Koneksi internet yang terasa lambat di lokasi tempat tinggal menjadi salah satu pemicu menurunnya aktivitas interaksi di dunia maya. Update konten blog menjadi terganggu dan interaksi untuk sharingpengalaman dan tanya jawab menjadi terkendala.

Mimpi yang sedang berlangsung dan masih terus mewarnai imajinasi untuk menggapai bintang di atas sana mudah-mudahan bisa terlaksana dengan dukungan jaringan internet yang semakin bagus dan koneksi yang cepat dan stabil. Apalagi jika semua itu bisa didapat dengan tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun alias gratis. Semoga mimpi ini bisa terwujud sehingga bisa membawa dunia ke dalam gengggaman anak-anak kita.

Let’s Bring a Big World Wide to a Little Angel….

Salam,
HUM

Tuesday, November 25, 2014

Kuntilanak dan Genderuwo Pencetak Tuyul Menjadi Sarjana

BY HUM IN No comments

Tidak salah memang apa kata pepatah yang mengatakan “tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”, karena ternyata menuntut ilmu bahkan bisa dilakukan sampai ke ‘dunia lain’.

Saya bukan sedang mau bercerita atau membahas masalah klenik perdukunan dan tetek bengeknya bukan pula mengenai teteknya dukun beranak *duh. Maksud saya dukun beranak kan biasanya membantu persalinan seorang ibu yang harus segera mempersiapkan tetek bengeknya buat si jabang bayi. Coba bayangin gimana kalau teteknya sang ibu sedang bengek..? apa jadinya coba..? *loh.. ngomong apa to ini? **sudah mbayangin tetek yang bengek..? *mringis
Cukup.! Kita kembali ke topik tetek yang sehat tanpa bengek..*nyengir


SD SETAN (doc : HUM)

Jadi begini *mulai serius nih, di hari guru ini saya akan bercerita tentang sebuah sekolah yang nyata adanya, bukan kisah fiktif dengan penuh rekayasa tapi sebuah kisah nyata dengan lokasi nyata dan tokoh nyata yang bisa dikonfirmasi tentang kebenaran kisah ini. Anda tentu mengenal sebuah candi yang masuk menjadi 7 keajaiban dunia kan? Yap, candi Borobudur yang berdiri megah di sebuah kota kecil yang sejuk di lereng bukit Tidar. Orang mungkin banyak yang mengira bahwa Borobudur berada di wilayah Jogjakarta, padahal sejatinya masuk wilayah kota Magelang, Jawa Tengah. Nah, ada sebuah SD di wilayah Kabupaten Magelang, meski bukan berada di daerah terpencil tapi suasana nyaman dan sejuknya udara pedesaan masih bisa kita jumpai di daerah ini. Di situ berdiri sebuah sekolah yang bernama SD Negeri SETAN. Tidak salah jika para siswa didiknya kita sebut ‘TUYUL’ dan Bapak Ibu guru pengajarnya kita panggil ‘KUNTILANAK’ dan ‘GENDERUWO’. Nama aneh dari sekolah dasar ini sebenarnya diambil dari nama desa tempat lokasi sekolah berada. Masalah pengejaan notasi huruf ‘E’ dengan beberapa intonasi suara membuat nama menjadi masuk kategori ‘dunia lain’. Sebenarnya tulisan ‘SETAN’ ini bukan dibaca seperti kata SETAN makhluk dunia lain, tapi dengan intonasi seperti membaca kata ‘SEBEL’ atau seperti kita mengeja tanpa huruf ‘E’, jadinya dibaca ‘STAN’.

Meski sebuah sekolah dasar di desa, SD ini sudah mencetak para ‘tuyul’ menjadi sarjana di berbagai bidang dengan profesi yang beraneka ragam. Hal ini tidak luput dari usaha para ‘kuntilanak’ dan ‘genderuwo’ yang telah mengabdikan untuk mengajar di SD SETAN. Para ‘tuyul’ alumni SD ini berhasil mencicipi gelar sarjana dari perguruan tinggi favorit seperti ITB, UGM dan UNDIP, salah satunya saya *senyum. Yup, saya adalah salah satu ‘tuyul’ yang pernah masuk ke dunia lain di SD SETAN ini. Masih teringat di kepala dengan rambut yang mulai memudar bak tanaman padi menguning yang siap dipanen, masa-masa kecil yang penuh canda tawa ceria bersama teman-teman sesama ‘tuyul’ menghabiskan hari dengan serius mendengarkan wejangan dari para ‘kuntilanak’ dan ‘genderuwo’ yang tidak lain adalah bapak dan ibu guru kami. Salah satu ‘kuntilanak’ yang memimpin SD SETAN ini tidak lain tidak bukan adalah ibunda tercinta. Kisahnya bisa Anda baca di Ibu Guruku, Guru Nyata dalam Kehidupanku.


Tuyul di SD SETAN (Doc: HUM)

Jika Anda berkesempatan mengunjungi kota sejuk Magelang untuk melihat kemegahan candi Borobudur, tidak ada salahnya mampir berpoto selfie di plang SD SETAN, bisa jadi nantinya masuk menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia….lain.*nyengir

Selamat Hari Guru Nasional…jayalah pendidikan Indonesia..!!

Salam,
HUM

Sunday, August 3, 2014

Antara Istriku dan Dua Wanita Itu

BY HUM IN No comments


3 Wanita (pic: tempo.co)


Suasana Lebaran masih terasa. Saling bersilaturahmi dengan saudara mewarnai hari yang Fitri setelah berpuasa satu bulan lamanya. Waktunya saling  bermaaf-maafan, melupakan setiap kesalahan orang lain dan yang telah kita perbuat.
Saya rasa ini adalah waktu yang tepat untuk menuangkan sebuah catatan tentang kisah perjalanan keluarga kami. Tidak terasa sudah hampir 9 tahun kami mengarungi bahtera hidup berumah tangga dengan berbagai bumbu asam garam yang mewarnai. Dikarunia seorang istri cantik dan solehah merupakan sebuah anugerah terindah bagi saya.

Menginjak tahun kedua pernikahan kami, muncul sosok seorang wanita yang membuat hati ini harus terbagi. Meski di awal terjadi perseteruan dengan istri tapi akhirnya bisa menerima kehadiran wanita itu untuk bersama satu atap di rumah mungil kami. Dan 6 bulan setelah pertemuan saya dengan wanita itu, untuk pertama kalinya saya perkenalkan dengan orang tua dan keluarga di kampung halaman, tepat saat hari Idul Fitri, saatnya silaturahmi dan saling bermafaan. Baik keluarga saya maupun keluarga istri menerima kehadiran wanita itu dengan baik tanpa pertanyaan meyelidik lebih jauh.

Kisah kami berlanjut dengan hari-hari yang semakin berwarna. Karakter istri yang agak keras seringkali menimbulkan pertengkaran-pertengkaran kecil dengan wanita itu yang seringkali membuat saya harus menempatkan posisi tengah di antara mereka. Memang mau tidak mau saya harus membagi hati dan perhatian untuk kedua wanita itu.

Dan lebaran tahun ini, seperti ritual tahun-tahun sebelumnya, kami pulang kampung untuk silaturahmi dengan keluarga. Kali ini kami bersama dengan seorang wanita lagi selain istri dan wanita itu. Baru 3 bulan yang lalu saya mengenal sosok wanita ini dan langsung membuat hati ini sekali lagi harus membagi. Meski belum lama mengenal sang wanita ke-3 ini, sudah bulat tekat akan kami bawa untuk silaturahmi sekaligus memperkenalkan ke keluarga. Istri pun lebih cepat bisa menerima kehadiran wanita ini dibanding yang sebelumnya.

Kebersamaan tinggal satu atap dengan 3 orang wanita merupakan hal yang cukup kompleks bagi seorang laki-laki, tapi tidak buat saya. Kami jalani kehidupan dengan bahagia bersama.

Dan sebenarnya kisah kami tidak cukup hanya sampai di sini. Ada seorang laki-laki di antara mereka, ya di antara dua wanita tadi. Kondisi ini menjadi semakin rumit bagi saya, bagaimana harus membagi hati ini untuk ketiga wanita yang saya sayangi, belum lagi harus berbagi kasih sayang juga antara 3 wanita dengan pria tadi. Seringkali saya relakan untuk mengalah pada laki-laki tadi mengingat usia saya lebih tua sehingga tentunya lebih dewasa dalam menyikapinya.

Bagi seorang laki-laki masih belum lengkap rasanya tanpa seorang wanita yang mendampingi. Tapi bagi saya bahkan butuh lebih dari itu, kurang rasanya kalau hanya satu orang wanita yang menemani. Dengan 3 orang wanita yang mendampingi saat ini semakin menambah kebahagiaan dalam keluarga kami, belum lagi di tambah seorang laki-laki di antara mereka, menambah ramai suasana keceriaan di rumah kami.

Ya..mereka semua adalah bagian dari keluarga kami. Saya sebagai seorang kepala keluarga didampingi seorang istri tercinta, si Kakak sebagai wanita lain yang telah mewarnai kehidupan kami 7 tahun yang lalu. Dan tepat hari ini, 3 bulan yang lalu lahir seorang wanita kecil lagi yang menambah warna dan keceriaan di hari Fitri ini, diiringi teriakan lantang seorang laki-laki di antara mereka, sang Pangeran kecil yang siap mengawal kedua Putri cantik itu.

Happy Family ^_^ (Doc: HUM)

Taqobalallahu minna wa minkum..
Taqobal ya Karim..
Minal Aidzin wal Faizin
Mohon maaf lahir & batin
Selamat Idul Fitri 1435 H

Salam dari kami untuk keluarga yang Anda sayangi.. ^_^

Salam,
HUM

Monday, January 20, 2014

Ketika Anugerah Menjadi Sebuah Musibah (Jokowi Ikuti Jejak Saya Menerjang Banjir Ibukota)

BY HUM IN , , No comments





Perahu di depan rumah (Doc: CBC)


Jaman kecil saya di era tahun 80-an, musim hujan merupakan saat-saat yang menggembirakan. Masih tergambar jelas di memori bagaimana senangnya ketika bermain bola di tengah hujan deras yang mengguyur. Gelak tawa ceria bersama teman-teman ketika bermain prosotan di lereng terjal berlumpur.

Sampai dengan era tahun millenium saya tinggal di kampung halaman yang tenang, sejuk dan nyaman ketika musim penghujan datang. Selepas menyelesaikan bangku kuliah saya ikut mengadu nasib di ibukota. Mengabaikan lirik lagu “Siapa Suruh Datang Jakarta“, akhirnya saya menetap di daerah pinggiran ibukota sampai dengan saat ini ditemani istri tercinta dan duo krucil yang ceria. Meskipun sering membaca dan melihat berita banjir tahunan yang melanda ibukota, saat awal menetap di pinggiran Jakarta, kami tidak pernah terbayang banjir dan tenang karena sampai saat itu daerah kami masih “bebas banjir”. Hingga pada suatu pagi di awal tahun 2007 menjadi pengalaman pertama bersentuhan dengan banjir.

Tepat satu hari setelah prosesi aqiqah anak kami yang pertama, sehabis subuh sekitar jam 5 pagi kami dikagetkan dengan fenomena yang baru pertama kami alami. Air deras mengalir di jalan depan rumah. Perlahan tapi pasti alirannya semakin deras dan mulai masuk ke teras rumah. Sama sekali tidak terbayang dan tidak terpikir bahwa itu adalah BANJIR. Masih sedikit takjub dan bingung dengan apa yang sedang terjadi, saya malah asyik melihat di luar rumah barang-barang yang hanyut terbawa air. Tidak terpikir sama sekali bahwa air yang semakin cepat dan deras mengalir kian meninggi dan siap masuk pintu rumah tanpa permisi. Maklum, pengalaman pertama yang sungguh spektakuler.

Tidak memakan waktu lama kira-kira satu jam lebih air sudah mulai melewati teras dan menerobos masuk ke dalam rumah. Tetangga juga terlihat panik. Mobil di garasi masing-masing segera berseliweran keluar ke area yang lebih tinggi. Air di jalanan sudah naik setinggi pinggang orang dewasa dan semakin naik lagi. Dengan minimnya pengalaman dan sedikit banyak panik, berbagai macam barang di dalam rumah yang berada di bagian bawah tidak sempat untuk diselamatkan dan akhirnya terendam air kotor kecoklatan sepeti air susu yang pasti tidak manis rasanya. Kulkas dan mesin cuci langsung tenggelam bak perahu karam. Bahkan vacum cleaner yang tinggal diangkat saja tidak sempat terselamatkan. Dua buah motor yang dimasukkan ke dalam rumah di belakang juga menjadi korban tidak sempat dikeluarkan karena air di jalan sudah terlanjur tinggi. Yang paling parah adalah lemari pakaian yang ikut terendam. Meski tidak semua bagian terendam, kebetulan kami menata semua celana ada di bagian terbawah…dan tidak sempat diselamatkan juga. Alamat side a side b nunggu kering nih *nyengir.

Semenjak pengalaman pertama kebanjiran tersebut, setiap masuk musim penghujan kami menjadi sedikit was-was. Bukan tetesan air dari atap bocor yang kami khawatirkan, tapi munculnya air dari jalanan yang nyelonong masuk tanpa permisi atau pun basa-basi. 7 tahun kami lewati dengan aman meskipun setiap hujan tiba menjadi lebih waspada. Meski rumah kami “sementara” bebas banjir, banyak daerah di sekitar kami yang setiap tahunnya mengalami nasib sama dengan pusat ibukota. Air menggenang betah di dalam rumah tidak mau pulang sudah hal biasa bagi penduduk yang langganan banjir. Tahun lalu kami bersama komunitas sepeda CBC sempat melakukan aksi baksos untuk membantu para korban banjir di sekitar tempat tinggal kami, kisahnya bisa dibaca di tulisan “Menyusuri Jejak Korban Banjir”.

Ketika tahun ini memasuki musim hujan dan banjir kembali melanda beberapa wilayah di tanah air, kembali teman-teman CBC mengadakan aktivitas baksos. Hari Minggu ini kembali melakukan aktivitas yang sama seperti tahun kemarin, tapi sayangnya saya dan keluarga tidak bisa ikut serta. Kenapa? Rumah kami juga sedang dalam status siaga. Ya, hujan yang terus menerus mengguyur selama beberapa hari terakhir ini sempat membuat air menyentuh bibir batas teras pada sabtu dini hari. Gelombang yang tersapu ketika ada mobil lewat depan rumah bahkan membuat air sedikit malu-malu melewati pintu depan. Berbekal pengalaman pertama 7 tahun yang lalu, dengan sigap mobil segera diungsikan ke area lebih tinggi. Barang-barang segera naik ke atas, tidak lupa celana di tumpukan lemari terbawah naik kasta. Gerak cepat dilakukan meski membuat seisi rumah seperti kapal pecah, paling tidak untuk minimalisir dampak apabila air dengan  senang hati mengajak bala tentaranya masuk ke dalam rumah. Alhamdulillah setelah begadang menjelang subuh air mulai surut dan pamit jalan lagi sebelum mengetuk pintu rumah.

Kampung halaman saya tidak jauh dari kota Solo. Meski Solo pernah mengalami banjir akibat luapan Bengawan Solo, Jokowi mungkin sama dengan saya ketika menginjakkan kaki di ibukota, geleng-geleng kepala menghadapi banjir dimana-mana. Sebagai orang nomor satu di ibukota, Jokowi dituntut untuk berpikir keras menghadapi masalah satu ini. Banjir merupakan masalah yang cukup kompleks untuk diurai benang kusutnya. Meski banjir tahun ini tidak hanya melanda Jakarta saja, problem yang ada sedikit beda dengan di daerah. Sistem drainase dan tata kota menjadi salah satu pemicu utama banjir ketika menghadapi curah hujan yang tinggi. Di kampung halaman saya sampai saat ini masih aman dan bebas banjir karena memang masih cukup banyak daerah resapan. Sangat jauh berbeda dengan kondisi Jakarta. Daerah resapan sudah berubah menjadi mall dan perumahan. Sungai yang berubah menjadi aliran sampah berjalan.

Sebenarnya cukup sederhana kalau kita lihat dari ilmu fisika alam bahwa air akan mengalir dari satu titik ke titik lain yang lebih rendah. Secara alamiah, titik terendah sebagai tempat tujuan air adalah lautan luas. Kita juga seringkali mengambil patokan ketinggian suatu tempat diukur dari atas permukaan laut, hal ini menunjukkan bahwa laut merupakan titik nol atau sebagai datum ketinggian permukaan tanah. Dari kenyataan ini satu point yang bisa kita ambil untuk mengatasi masalah banjir ini adalah dengan mengatur lagi tata kota dengan sistem drainase yang bagus untuk mengalirkan air menuju tempat akhir yang seharusnya, yaitu lautan luas. Cara ini pastilah tidak mudah dengan kondisi yang ada saat ini. Hal yang bisa dilakukan dengan infrastruktur yang ada saat ini adalah dengan normalisasi aliran sungai yang ada. Pengerukan kedalaman sungai sehingga bisa menambah debit air yang lewat.

Mungkin ada perbedaan ketinggian yang tidak beraturan karena kontur tanah atau bangunan yang sudah ada sehingga aliran alami air ke titik lebih rendah menjadi terhambat. Hal ini bisa diatasi dengan membuat sumur-sumur resapan di titik-titik tertentu. Cara paling sporadis yang bisa dilakukan adalah membuat lubang biopori di halaman rumah masing-masing, seperti yang kami terpakan di halaman sempit rumah mungil kami.

Kebiasaan buang sampah sembarangan juga merupakan pemicu utama masalah banjir ibukota. Kesiapan infrastruktur dan kesigapan petugas kebersihan menjadi hal yang cukup penting. Contoh dari seorang pemimpin juga merupakan pendorong sporadis bagi penduduk untuk mengikuti apa yang dilakukan pemimpinnya. Disiplin dengan dimulai dari diri sendiri ketika sudah menjalar ke masing-masing orang akan memberikan dampak viral yang cukup signifikan. Ketika seorang pemimpin tidak peduli dengan rakyatnya maka rakyat akan menjadi tidak peduli dengan yang mereka perbuat dan akibat selanjutnya.

Meski untuk “sementara” kondisi aman, rasa was-was senantiasa muncul ketika hujan deras terus menerus mengguyur bumi sepanjang hari. Hujan yang dulu merupakan momen yang dinanti ketika masa kecil di kampung halaman, kini berubah menjadi sebuah momok yang ditakuti. Hujan yang merupakan anugerah buat para petani, sekarang menjadi musuh yang merendam hasil pertanian dan mengancam gagal panen. Benar-benar bagaikan anugerah yang menjadi sebuah musibah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Mungkin benar apa yang dikatakan Ebiet G. Ade ini..
Mungkin Tuhan mulai bosan.
Melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa.
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita.
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang…
Mari kita lihat bersama apakah Jokowi berhasil mendapatkan jawaban dari rumput yang bergoyang.. ^_^

Salam,
HUM


e

Wednesday, January 15, 2014

Pelajaran dari Jatuhnya Seorang Pemimpin

BY HUM IN , No comments



Atap Plafon KPK Jebol (pic: rmol.co)


Jangankan banjir, hujan saja bisa menjatuhkan seorang pemimpin. Lho kok bisa? Coba kita lihat realita yang terjadi di kehidupan ini. Dan ini kisah nyata ketika musim penghujan tiba maka kredibilitas dan kapabilitas seorang pemimpin diuji, bagaimana dia bisa mengantisipasi masalah yang muncul akibat fenomena alam ini.

Hujan yang terus-menerus mengguyur ibukota mengakibatkan banjir di mana-mana, Jakarta terkepung air. Sebagai orang nomer satu yang memimpin ibukota, nama Jokowi menjadi sorotan utama. Bagaimana aksi yang dilakukannya dan jangan sampai salah melangkah karena bisa berakibat fatal, jatuh misalnya, karena jalanan licin dan kurang hati-hati akhirnya terpeleset.

Bicara mengenai hujan, banjir dan seorang pemimpin, saya tidak ingin banyak mengulas tentang kepemimpinan Jokowi, terlalu banyak sudah media membicarakannya, tambah terkenal nanti kalau saya ikut-ikutan menulis tentang Jokowi. Apalagi Jokowi memang sudah terkenal, minimal dibanding saya. Lah, kok malah mbahas Jokowi terus, giliran saya kapan?

Kenapa saya? Ya, karena tadi kan membahas masalah hujan, banjir dan jatuhnya pemimpin. Dan bukan sebuah kebetulan kalau saya juga adalah seorang pemimpin, karena berdasarkan catatan KUA, saya adalah seorang suami yang artinya pemimpin keluarga. Ditambah lagi dokumen dari catatan sipil yang menyatakan saya sebagai seorang Ayah, berarti pemimpin rumah tangga kan? Kalau Anda masih jomblo pun nggak usah khawatir, atau pun rins* tet sensor iklan, risoles maksudnya…ehh…riso dapur..halah..risau bin galau lebih tepatnya, karena sejatinya kita adalah pemimpin dari diri kita sendiri (kittaa..?? elu aja kalee..)

Banyak pelajaran yang telah saya petik sebagai seorang pemimpin hari ini. Jadi ceritanya berawal ketika hujan deras yang mengguyur bumi ini tiada henti berhari-hari dari kemarin. Efeknya adalah terjadi banjir di mana-mana. Semua orang dibuat susah. Air menggenang di jalanan yang berakibat jalanan macet tidak bisa lewat. Sungai meluap, air masuk rumah. Orang-orang harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Benar-benar nyusahin memang hujan ini. Ehh…maaf, nggak boleh ngeluh, karena air hujan yang tercurah dari langit itu merupakan anugerah dari Sang Maha Kuasa untuk kehidupan kita di bumi ini, jadi wajib disyukuri. Tapi memang bener-bener deh hujan kali ini, atap pada bocor, air netes di mana-mana, sibuk nyiapin panci tadah air sana-sini, nyusahin lah pokoknya. Eiittss…masih mengeluh juga. STOP!

Ok, lanjut lagi deh ceritanya. Efek dari hujan yang merupakan anugerah tadi, sudah nggak ngeluh lagi, membuat jiwa kepemimpinan saya sebagai seorang pemimpin keluarga tertantang. Bagaimana tidak, coba bayangin ketika lagi asyik tidur tiba-tiba merasakan sensasi tetesan air jatuh di mulut, benar-benar menantang sang liur yang keluar dari mulut, jadinya balik masuk lagi…cuihh..asemm. Akhirnya mebuktikan tantangan dengan naik ke atas genteng, cat lapis anti bocor sana-sini, sepertinya beres. Ujian datang ketika hujan deras mengguyur. Kebocoran di titik-titik terparah sudah tidak muncul lagi, hanya tersisa rembesan kecil di beberapa titik. Hal ini memang membuktikan bahwa ketika seorang pemimpin yang langsung turun tangan belum tentu bisa langsung membereskan segalanya dalam sekejap, semua ada prosesnya dan tentunya butuh evaluasi atas kinerjanya sehingga menjadi catatan penting untuk perbaikan selanjutnya, setuju? harus itu. Atau malah bisa jadi memunculkan sebuah problem baru atau mungkin baru muncul ketika sebuah masalah yang lain teratasi, seperti yang terjadi selanjutnya. Efek kebocoran yang mengakibatkan tetesan dan rembesan sana-sini mirip bocornya dana anggaran, membawa efek samping lain yaitu terjadinya pemadaman listrik lokal. Kalau hal itu dilakukan oleh tukang listrik negara dengan mematkan gardu induk karena banjir mungkin hanya bisa pasrah, lha ini benar-benar lokal, hanya di rumah saja. Sepertinya sang air melakukan sabotase merembes ke saluran listrik. Betul dan bukan karena kebetulan listrik di rumah saya pecah menjadi 4 titik MCB dan ketika di cek satu-satu ketahuan ada satu saluran penyebab listrik drop. Dan bukan kebetulan juga saluran yang problem menjangkau kamar depan, kamar utama dan kamar mandi, juga colokan televisi dan kulkas di ruang keluarga. Karena kejadian malam, terpaksa satu saluran itu dimatikan sementara.

Saluran yang mati cukup vital, meski tidak sebesar alat vital saya, jauh lebih besar maksudnya. Coba bayangin tidur di kamar tanpa AC, untungnya di luar hujan jadi lumayan dingin meski tanpa AC, beberapa lembar pakaian ditanggalkan buat kompensasi. Yang sedih adalah anak-anak, saluran TV ikut mati. Tapi sebagai seorang pemimpin keluarga saya langsung sigap ambil kabel rol buat nyolok saluran listrik yang lain. Anak-anak tetap ceria jadinya. Satu lagi yang ikutan di saluran ini adalah kulkas. Betapa keringnya tenggorokan tanpa dinginnya air kulkas membasahi krongkongan. Untungnya dispenser masuk saluran lain, jadi tetep hidup bisa buat manasin air, kopi susu hangat tetap tersedia, panas dingin. Ooh..iya, di saluran juga terpasang pompa air dan mesin cuci. Duh, alamat bau asem ni terancam nggak mandi kehabisan air. Sebagai alternatif pakai air produksi tukang air minum negara yang kecoklatan, itung-itung mandi susu lah, meskipun sebenarnya saya lebih suka susu yang putih, mungkin karena rajin pakai lotion pemutih. Tapi syukurlah hari ini libur, jadi bisa irit air tidak perlu harus mandi..uppss..tapi baru ingat ternyata harus wajib mandi…ehh..maksudnya mandi wajib, gara-gara tanpa AC jadi harus menanggalkan beberapa lembar pakaian tadi dan memicu terjadinya hal-hal yang tidak etis untuk diceritakan di sini, meskipun tentunya ceritanya cukup erotis. Mesin cuci mati juga bisa memicu mandi wajib berikutnya, tidak bisa cuci pakaian, bisa-bisa terpaksa polosan lagi, mandi wajib lagi deh..

Pagi hari masih malas-malasan buat cek masalahnya. Hal ini biasa terjadi dengan seorang pemimpin, tidak turun tangan langsung ketika masih di awal-awal. Ketika kondisi genting baru deh turun tangan sampai ke kaki, terus naik lagi ke pinggang, begitu berulang-ulang. Emang senam SKJ? Begitu mentari semakin tinggi, dicoba trial error untuk menyalakan lagi saluran yang semalam bermasalah. Dan…jreng…jreng…hidup sodara-sodara…! Ternyata tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa dari seorang pemimpin, masalah selesai dengan sendirinya. Hal ini seringkali terjadi di kehidupan kita, masalah bisa secara alamiah selesai tanpa kita sadari.

Siang hari setelah menghabiskan hidangan santap siang, karena cukup capek pagi sampai siang memantau kondisi perkembangan listrik di rumah, akhirnya terlelap tidur. Seorang pemimpin seringkali bukan capek fisik tapi pikiran, mohon dipahami. Terbangun ketika hujan deras mengguyur di sore hari. Bukan karena pengen nengok daun dan ranting, pohon dan kebun apakah basah semua, tapi karena listrik di rumah yang kumat mati lagi. Pelajaran berikutnya yang saya dapat adalah bahwa problem bisa saja muncul lagi apabila kita tidak tuntas menyelesaikan sampai akar masalahnya. Masalah tadi terlihat sudah beres ketika mentari bersinar karena air kering, tapi ternyata muncul lagi begitu hujan mulai mengguyur. Sebuah problem berulang yang kerap kali muncul juga di kehidupan kita karena kita hanya menyelesaikan di permukaan saja.

Kembali jiwa kepemimpinan saya terpanggil untuk segera menuntaskan masalah ini, apalagi sebentar lagi malam menjelang, kondisi menjadi semakin genting dan mendesak untuk diselesaikan, apalagi besok masuk kerja. Belum pernah tercatat dalam kamus saya berangkat kerja tidak mandi, catatannya kalau pun pernah tidak mandi pasti tidak saya catat. Sebagai seorang penyandang gelar insinyur tukang listrik, saya merasa tepat sebagai ahlinya untuk urusan satu ini. Berbekal senter, tespen, gunting dan isolasi, akhirnya ambil tangga dan mulai naik ke atas plafon. Cek terminal satu-satu yang potensi terkena rembesan bocor dari genteng dan akhirnya dengan merunut satu titik demi titik dengan cermat dan sistematis, tidak menebak-nebak tapi yakin dan pasti ketemulah titik penyebab short circuit. Action langsung dilakukan untuk perbaikan ketika terdengar suara azan Maghrib berkumandang. Sedikit tanggung penyelesaiannya dan akhirnya proses finishing dilakukan segera dengan sedikit ceroboh. Injakan kaki di plafon pada posisi yang kurang kuat…dan..gubrakk…sukses menjebol plafon dan jatuh mendarat darurat bersama potongan kayu dan plafon. Untungnya problem terjadi pada terminal tepat di atas kamar utama jadi mendarat darurat dengan lembut di atas kasur. Benar-benar gerakan slow motion, ketika kaki kanan pertama kali menjebol plafon jatuh, tangan berusaha menggapai sisi kanan kiri dan kaki kiri masih nyangkut di atas. Sungguh sangat dramatis apabila prosesi jatuhnya saya sebagai seorang pemimpin tadi diabadikan oleh kamera dan muncul di berbagai media dengan tag line “Jatuhnya Seorang Pemimpin dari Atas Plafon”, keren kan..?

Pelajaran tambahan yang bisa diambil hikmahnya adalah meski kita ahli dalam sebuah bidang, ada kalanya proses penyelesaian tidak bisa berjalan mulus, sebuah kesalahan kecil bisa berakibat fatal terhadap seluruh aktivitas yang sudah kita lakukan. Dan satu hal lagi, ketika memulai sesuatu harus selalu diawali dengan doa, karena sejago apa pun kita, seahli apa pun seorang pemimpin, Tuhan adalah Sang Maha Kuasa. Jangan mengabaikan panggilan-Nya meski dengan seribu alasan yang telah diuji oleh para staff ahli kita.

Meski menyisakan lobang besar di plafon kamar, pegel-pegel di badan dan luka-luka kecil di kaki dan tangan, hari ini saya dapat banyak pelajaran berharga mulai dari anugerah hujan yang tercurah dari langit sampai jatuhnya seorang pemimpin. Urusan perbaikan plafon besok serahkan ke ahlinya, panggil tukang termasuk tukang urut *nyengir.

Salam,
HUM