Monday, November 9, 2015

Maling Besar juga Pernah Kecil, kan?

BY HUM IN , No comments

Maling Besar Kecil (source: instagram @dhaniblitz)

"Tiga kasus koboi dlm semlm di wilayah cikarang jam 1.36 perampasan mobil jemputan karyawan dipintu jbbk korban luka bacok didada skrng di rs medika gombong .jam 2.36 perampasan sepeda motor dijbbk korban luka bacokan di tangan kanan bahkan celurit masih nancep ditangan.jam 3.52 usaha perampasan di indomart jl cagak spd mtr pelaku tertinggal di tkp."
Cuplikan tulisan di atas adalah pesan berantai tanpa editing dari group WhatsApp yang saya ikuti. Cukup miris dan jadi eneg perut ini ketika membaca dan membayangkan crita kronologis di atas. Kasus-kasus seperti di atas memang bukan hal baru dan mungkin sering kita dengar dan jumpai di lingkungan kita. Perampokan, penjambretan, begal dan kroni-kroninya yang disertai kekerasan bahkan penghilangan nyawa dari korbannya hampir menjadi sarapan pagi berita kriminal.

"Dari kejadian kehilangan innova teman saya di kedasih: Mobil sudah ditambahi kunci tambahan, berupa kunci setang 2. 1 ke dashboard 1 lagi ke rem." 
"Isunya ...mobil di dorong dorong dulu..." 
"Dan pagar gerbang jalan gemboknya sudah jebol, digantikan oleh tali pocong."
Beberapa komentar di atas muncul dari teman-teman di group tentang kasus pencurian sebuah mobil milik warga beberapa hari yang lalu. 

"Usaha pengamanan sudah maximum tapi masih jebol juga, jadi mesti gimana yah?" "Terus musti pasang kunci apa yg gabisa dibobol malinge?" 

Beberapa pertanyaan lanjutan mengisyaratkan kegalauan, warga mesti berbuat apa lagi untuk mengatasi kondisi ini. Salah satu member bahkan memberi penekanan lebih tentang kegalauannya.

"Maling itu ibaratnya elang. Kita. Saya loe loe juga ibaratnya anak ayam. Anak ayam gak punya ilmu elang. Bisa menciap ciap doang."

Trus kira-kira bagaimana solusinya. Diskusi di group berlanjut lagi dengan berbagai ide solusi untuk mengantisipasi hal ini.

"Pasang GPS. Di bejaan teh sok murugul", entah apa yang dimaksud teman satu ini soalnya saya roaming urusan bahasa Sunda, yang pasti pasang GPS :) 
"Banyak pengalaman tetangga saya ...dan teman saya dst ... Mobil melengkapi dg pengaman GPS.. 90persen mobil kembali", beliaunya menambahkan data empiris untuk memperkuat argumennya. Entah datanya diambil dari mana, yang penting ada angkanya.

Ada juga yang memberikan ide yang kreatif, "Cara mencegah kemalingan mobil ikuti cara mr.Bean... stir dicopot saja. simpan di kolong tempat tidur...😃" 
"Atau copot ban...? 😃" beliaunya menambahkan dengan ide jenius lainnya. 

Ide lain termasuk copot aki sampai dengan tidur di mobil mewarnai percakapan seru yang tiada ujung pangkal ini. 

Ada satu ide solusi yang cukup menggelitik saya yang ditawarkan dari salah satu member yang sudah pernah menginjakkan kaki di tanah suci bahkan berfoto dengan kostum sepedaan "CBC", sungguh menjiwai beliaunya. 

Solusi dari beliau adalah, "Kata ustadz solusinya.. perbanyak sedekah krn sedekah menghindari dri musibah dan marabahaya..."


Sebuah ide pendekatan secara religius yang ditanggapi semangat oleh member lain. 
"Setujuuuuuh...." 
"Super sekali.." 
Ditimpali juga oleh teman lain yang menguatkan, "Betul sekali om ***....kl segala cara pengamanan fisik sdh dilakukan....pamungkasnya pasrah pd Allah SWT dan perbanyak sedekah."

Sungguh religius ternyata group yang sering diskusi absurd ini. Disambung lagi oleh komentar member lain dengan solusi pendekatan ini. 
"Solusinya dengan menanamkan ilmu akhlak semenjak kecil sehingga menjadi anak yang sholeh..paham yang baik dan buruk...maling2 tadi pasti pernah kecil kan..?" 

Disamber oleh teman yang tinggi gedhe, "Nah.... ini salah satu bagian ajakan saya....duluuuuu.. Maling-maling besar itu tentu dulunya pernah kecil....

...yaitu maling maling kecil....", ternyata tambahan komentar yang absurd. 

Cukup panjang diskusi selanjutnya dengan bumbu sana-sini dan berkembang ngalor ngidul tanpa kesimpulan. Kemudian nyambung dengan diskusi lainnya yang bahkan nggak nyambung sama sekali. Benar-benar sebuah diskusi absurd dari group yang aneh.

Cukup! 
Tidak usah kita bahas ulah absurd para member yang aneh tadi, sudah terlalu panjang kalau harus copy paste satu-satu komentar mereka. Yang cukup menarik untuk kita simak adalah mengenai solusi yang terakhir tadi. Solusi pendekatan dari sisi moral dan agama yang dimulai semenjak dini. Apakah sudah telat? Hamil donk..#ehh... Tidak ada kata terlambat selama konsumsi pil KB Anda tidak lewat..uppss...

Stop! 
Kita lanjut diskusinya. Sudah telat kah? Sudah terlanjur? Sudah parah? Mustahil diperbaiki? Tentu tidak...!

Sama sekali tidak ada kata terlambat. Saat ini maling-maling tadi sudah besar, kita tidak tahu dulunya saat kecil seperti apa. Bisa jadi dulunya mereka anak-anak yang sopan santun atau memang berandalan dari semenjak ceprott..terlahir di muka bumi, tidak mungkin kalau yang ini. Anak-anak terlahir putih bersih tanpa embel-embel dosa warisan dari orang tuanya atau siapa pun.

Tapi yang bisa kita ambil sebagai insight-nya adalah bahwa tidak mudah membentuk sebuah moral pada setiap individu yang pada akhirnya merupakan cerminan dari mental bangsa ini. Bukan sebuah perkara mudah dan instan untuk membuat sebuah kultur budaya di masyarakat dan justru bahkan bisa sebaliknya, dengan sangat cepat untuk menghancurkannya.

Kultur budaya yang terbangun di masyarkat kira-kira siapa yang menciptakan? Tidak lain dan tidak bukan kita lah yang membangunnya. Jadi kalau saat ini diskusi di atas memperlihatkan kondisi masyarakat kita, maka itu adalah tanggung jawab kita bersama. Ada andil kita di dalamnya. Kita lah yang ikut menciptakannya, entah kita sadar atau tidak.

Jadi bagaimana solusinya. Solusinya cukup simple dan tidak perlu muluk-muluk. Cukup kita bangun dari hal yang kecil dari diri kita, keluarga kita, anak-anak kita. Berkembang lebih luas ke lingkungan sekitar kita, sejauh yang kita bisa jangkau untuk menebarkan energi positif. Bahkan dengan teknologi saat ini yang tiada batas kita bisa dengan segera dan saat itu juga menebarkan energi positif kepada lingkungan kita.

INGAT! 
Apa yang kita rasakan saat ini adalah hasil dari buah yang kita tanam sebelumnya, meski secara tidak langsung. Dan INGAT juga! apa yang kita lakukan saat ini juga akan membuahkan hasil kemudian, entah satu detik, satu minggu, satu bulan lagi atau satu tahun kemudian atau pun saat kita sudah tidak kuasa untuk menghitung lagi. Kebaikan itu akan selalu menyertai kita. 

Tidak perlu keluar Surat Edaran penebar kebencian, akan lebih baik jika diganti menjadi Surat Ajakan menebar kebaikan. Ingat lah bahwa kebaikan selalu lebih baik dari kejelekan. Tapi kalau wajah Anda jelek ya nggak usah berselfie ria trus langsung posting ke sosial media, jangan lupa untuk di-edit dulu. INGAT itu! *nyengir


Salam,
HUM

0 comments:

Post a Comment