Wednesday, April 11, 2012

Jadi Mikir Kalau Mau Berbuat Baik

BY HUM IN , No comments

13341433051371397645
Saya sama istri kebetulan mempunyai prinsip yang sama untuk urusan satu ini, nggak usah mikir kalau pengen berbuat baik, soalnya pikiran ini sudah penuh untuk segala macam urusan tetek bengek...#kenapa mesti pakai bengek ya..? jadi nggak enak.. Tapi, sesuai judul di atas "terpaksa" terlintas pemikiran tersebut. Ceritanya berawal dari kebiasaan hemat energi yang dicanangkan pemerintah, jadinya dipakai oleh tukang listrik negara buat maen gelap-gelapan...aduh enaknya... Berhubung pas habis maghrib mati lampu, kita sekeluarga ngungsi keluar. Jalan ke salah satu supermarket yang nyebut dirinya 'raksasa"...liat makanan di foodcourt kok nggak ada yg menarik.  Akhirnya jalan ke tempat makan yang lebih asyik, Yogurt Cisangkui, ada tempat mainan buat anak dan pas banget buat ABeGe pacaran..:). Nah, pas nunggu pesanan makanan, tiba-tiba muncul seorang anak kecil nawarin jual celana jeans untuk berobat emaknya yang sakit habis terbakar tangannya, begitu ceritanya. Karena penasaran, kita sedikit interogasi si anak. Dari hasil ceritanya didapat info sbb :
Nama : Dwipangga Ayah : Ustadz Satibi (kerja jualan nasi kering di Rawa Sentul) Ibu : Sulini Tinggal : Kampung Glonggong, Lemahabang (ada yg tau di sebelah mana?)
Ngakunya sekolah eSDe kls 4, sekolah di Rawa Sentul (kok jauh ya.? Secara rumah di Lemahabang - selatan vs utara Cikarang Baru) Akhirnya kita ajak makan sekalian bareng, sambil ngajak ngobrol si anak yang lama-lama kok agak ngelantur..ketika ditanya alamat lengkap RT/RW..malah bilang RT-nya pada mati..karena dikampungnya banyak setannya..hadeeuhh...ngaco lama-lama ni anak. Kemudian kita suruh pulang karena sudah malam, kasih uang buat angkot 'n bungkusin makan buat emaknya di rumah. Jadi berpikir...kalo' emang ceritanya benar..semoga emak si anak diberi kesembuhan. Kalo' gak bener..?? bener-bener jadi mikir ni kalo' mau berbuat baik. Reportase di atas sempat kita posting di milis warga Cikarang Baru. Banyak tanggapan bermunculan mengomentari keabsahan alibi si anak jualan celananya. Ternyata ada juga yang pernah punya pengalaman serupa dengan orang yang berbeda, dan yakin positif bahwa ini adalah modus operandi penipuan. Bahkan ada yang memberikan komentar begini,
"Saya sering lihat orang yg Suka minta2 di seputaran Ruko..kalau pagi2 mereka naik angkot dari Beberapa wilayah Cikarang..Ada yg awalnya nggk Berjilbab..trus saat minta2 dipakainya jilbab itu..Yg Cowok awalnya pakai jeans Dan jaket kerenn..ŭðªã⌣ªˆћ itu Ganti pakai Koko Dan Peci Wak Haji..Kalau ketemu sama saya sering saya ledekin..dianya malah ketawa Dan bilang sorry bozzz..."
Waduhh...sudah sedemikian parahkah modus operandi dari oknum-oknum tersebut..? Kalau diperhatikan sepertinya terorganisir cukup rapi dan yang lebih menyedihkan adalah dengan "memanfaatkan" anak-anak kecil untuk tujuan ini, yang notabene belum bisa berpikir jauh apa yang dia lakukan. Secara psikologis hal ini berpengaruh yang cukup signifikan terhadap perkembangan pola pikir si anak. Padahal di luar sana saya juga yakin masih banyak orang-orang yang memang "kepepet" benar-benar membutuhkan pertolongan, bantuan, uluran tangan dari kita. Sangat ironis ketika untuk melakukan sebuah kebaikan kita harus melalui fase "curiga" dulu dan butuh untuk melakukan validasi kebenarannya. Tetap berpikir positif dan yakin bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang lurus hatinya (lihat postingan A Few Good Men), merupakan prinsip yang tetap saya dan istri yakini sampai saat ini, meski tetap selektif dalam menentukan "object" yang pantas menerima perbuatan baik kita.

Salam,
HUM

0 comments:

Post a Comment